IPB Ingin Jadikan Perairan Pesawaran Lampung Jadi Kawasan Lobster Aquaculture Estate

Dosen FPIK IPB Irzal Effendi saat berkunjung ke lokasi budidaya lobster PT Saibatin Perikanan Indonesia, Jumat (22/1/2021l. LAMPUNGPRO.CO/AMIRUDDIN SORMIN
Menurut Dosen Departemen Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) IPB, Irzal Effendi, tiap wilayah memiliki karakter berbeda-beda dan spesifik, sehingga aplikasi teknologi budidaya lobster juga spesifik lokasi dan tidak bisa disamakan. Dia mencontohkan budidaya lobster di Vietnam beda dengan kawasan lobster nasional di Lombok, Nusa Tenggara Barat dan akan berbeda pula dengan di Lampung. "Kami ingin mendapat model budidaya lobster ala Lampung. Sebab, saat ini budidaya lobster di Lampung masih banyak coba-coba. Ada yang ikut model Vietnam dan yang model Lombok," kata Irzal saat berkunjung ke pusat budidaya lobster PT Saibatin Perikanan Indonesia, di Tanjung Putus, Pesawaran, Jumat (22/1/2021). Akibat belum adanya model budidaya lobster spesifik lokasi itu, hingga kini muncul beberapa masalah yang belum terpecahkan. Misalnya, pertumbuhan lambat, kelangsungan hidup rendah, efisiensi pakan rendah, dan produktivitas rendah. Akibatnya, daya saing lobster budidaya dari Lampung masih rendah Banyaknya masalah itu, kata Irzal, membuat pelaku bisnis lobster cenderung menangkap lobster alam dan tak tertarik ke budidaya. Menurut dia, penangkapan lobster alam harus diimbangi dengan pengembangan budidaya sehingga diharapkan tekanan terhadap lobster alam bisa dikurangi. "Jangan seperti Vietnam yang habitat lobsternya rusak, sehingga sekarang menjadi importir benur lobster dan lobster. Secara perlahan budidaya harus dikembangkan agar alam lestari, namun bisnis tetap berjalan," kata Irzal yang juga Ketua Program Studi Aquaculture SV IPB itu. Kehadiran LAE, menurut dia, akan menjadikan budidaya lobster bergairah. Prinsip pengembangan LAE adalah berkelanjutan dan terpadu mulai dari hulu yakni pengelolaan penangkapan benih, hingga hilir yakni pengelolaan pemasaran. Bagi perguruan tinggi, LAE bisa dijadikan wahana pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakatbagi. LAE bisa dijadikan sebagai tempat praktek keterampilan lapangan, penelitian, dan penyebaran ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) yang dihasilkan oleh laboratorium dan kepakaran IPB. Selain itu, kehadiran LAE ini menjadi wahana kolaborasi antara dosen dan mahasiswa dengan dunia usaha dan dunia industri (DUDI) sebagai implementasi pendidikan vokasional sekaligus membantu program pemerintah di bidang pendidikan dan pengembangan usaha. Antara kampus dan DUDI tidak ada lagi sekat pemisah.yang kaku. LAE di Lampung terkait pula dengan adanya kebijakan Pemerintah Provinsi Lampung yang masih melarang penjualan benur lobster keluar. Benur lobster Lampung, kata dia, kalau bisa sepenuhnya dibudidayakan dulu di Lampung sehingga proses nilai tambah berlangsung di Lampung. "Kami berharap, LAE dapat menjadi solusi peningkatan produksi lobster dalam negeri, sehingga yang diekspor lebih banyak lobster ukuran konsumsi daripada benurnya. Ini manjadi nilai tambah bagi warga Lampung," kata Irzal. Ke depan sejumlah mahasiswa Aquaculture diharapkan bisa melaksanakan praktek kerja lapangan dan penelitian di PT Saibatin Perikanan Indonesia. Ke depan, IPB tidak hanya mengirim mahasiswa, tapi juga peneliti dan dosen. "Bisa saja nanti dosen tinggal di tempat pembudidaya dan pembudidaya gantian mengajar di IPB," kata Irzal. (PRO1)
#Perikanan # budidaya # lobster # Lampung # pesawaran # IPB # dosen # mahasiswa # industri