Geser ke atas
News Ekbis Sosok Halal Pelesir Olahraga Nasional Daerah Otomotif

Kanal

Sensasi Ombak Bono di Kepulauan Riau
Lampungpro.co, 18-Feb-2017

2161

Share

KAMPAR (Lampungpro.com):�Kabar gembira bagi para penggemar olah raga selancar (surf). Maret 2017 mendatang, mereka harus bersiaga terbang ke Riau dan menjelajahi hutan kelapa sawit. Sebab, akan ada Festival Bekudo Bono atau yang biasa dikenal dengan gelombang Bono atau surfing Bono di muara sungai Kampar, Palalawan, Riau. Perhelatan ini biasa digelar di bulan November, dan tahun ini diganti bulan Maret 2017, dengan tajuk Festival Bekudo Bono.

Kepala Dinas Pariwisata Budaya Kepemudaan dan Olahraga (Disbudparpora) Kabupaten Pelalawan Andi Yuliandri mengatakan, ganasnya ombak Bono, satu-satunya muara sungai itu bisa dinikmati pada bulan Maret. Paling besar ombaknya, ketika bulan penuh (purnama), yang akan jatuh antara 12-16 Maret dan bulan kecil dari tanggal 27-31 Maret.

Tahun lalu, sedikitnya 20 peselancar mancanegara mengikuti Festival Bekudo Bono. Saat itu telah terjadi tiga pemecahan rekor yang berhasil dilakukan. Rekor individual dipecahkan James Cotton yang berhasil surfing selama 1,2 jam dengan jarak tempuh 172 km. Catatan ini mematahkan rekor sebelumnya atas nama Steve King dari Inggris dengan catatan 12,23 km.

Rekor surfing dunia tim juga berhasil terpecahkan. Kolaborasi James Cotton (40) dengan seorang pengacara, Roger Gamble (40) dan seorang bankir Zig van Sluys (40) menghasilkan jarak surfing sejauh 37,2 km. Rekor ini dipecahkan dalam waktu 1 jam 5 menit.

Gelombang Bono di Pelalawan memang menakjubkan. Maklum, hanya ada dua lokasi Bono di dunia yang tergolong besar. Pertama Kuala Sungai Amazon, Brasil dan satunya lagi di Kuala Sungai Kampar, Pelalawan, Riau. Tim ekspedisi Rip Curl bahkan sampai menjuluki ombak Bono di kuala Sungai Kampar dengan sebutan "mungkin tak tertandingi".

Wisata gelombang Bono saat ini semakin dikenal para pesurfer lokal maupun dunia. Menpar Arief Yahya menyebut, Bono ini paling cepat dari potensi atraksi wisata Riau� yang bisa dipasarkan ke mancanegara. Betapa tidak, selancar yang biasanya dilakukan di pantai-pantai seperti Bali, Hawaii atau tempat-tempat berselancar terkenal lainnya, tapi ini berselancar di sebuah sungai bernama Kampar.

"Jika air pasang, kira-kira seperempat jam air sungai dalam kondisi tenang. Tapi beberapa saat kemudian, barulah kelihatan Bono yakni air yang menggulung-gulung dengan dahsyatnya di atas beting yang dangkal. Setelah Bono berlalu, baru kemudian datang kepala arus yaitu arus sungai deras yang menjadi "kusir" sungai," ujar Andi.

Bagi masyarakat sekitar yang sudah terbiasa dengan kedatangan Bono dan bernyali besar. Kedatangannya malah disambut dengan memacukan sampan lalu meluncur ke lidah ombak di punggung Bono bagaikan pemain selancar, dan atraksi ini oleh penduduk setempat disebut Bekudo Bono yaitu suatu bentuk kearifan lokal masyarakat setempat yang hampir punah. Jika diperhatikan, Bekudo Bono itu memang mirip dengan atraksi seorang joki yang sedang berusaha menjinakkan kuda liar.

"Ketangkasan Bekudo Bono ini sebenarnya sudah jauh dilakukan oleh orang tua-orang tua kita. Dulu, mereka bermain ombak Bono hanya dengan menggunakan sampan bukan dengan papan selancar yang seperti kita kenal saat ini, dan biasanya mereka sengaja menunggu Bono setelah siap memasang jaring atau mengangkat jaring. Supaya cepat sampai rumah dan tak capek mengayuh sampan yang dahulu tak dilengkapi dengan mesin, rupanya mereka memanfaatkan gelombang Bono ini untuk menyorong sampan mereka," kata Andi.

Selain tak bosan-bosannya pesona eksotis Bono dipromosikan, Pemkab Pelalawan juga terus berupaya membenahi infrastruktur jalan dan lainnya. Di antaranya, pembangunan gedung tourism, pembangunan jalan Lintas Bono sepanjang 7 Km dengan anggaran sekitar Rp 40 miliar yang berada di Dinas Cipta Karya Provinsi Riau. Di samping itu, Pemkab Pelalawan telah mempersiapkan lahan seluas 600 Ha untuk kawasan objek wisata bono. Posisi lahan Kawasan Objek Wisata Bono tersebut berada pada posisi strategis karena hampir berhadapan langsung dengan dua negara, yaitu Malaysia dan Singapura.

Infrastruktur lainnya yang kini sudah ada di lokasi Bono adalah tersedianya alat penunjang keselamatan (Life Vest) bagi pengunjung/penonton bono, penyediaan alat transportasi air (jetski) untuk kunjungan dan rescue. Pagelaran seni budaya di kawasan objek wisata bono setiap tahun.

Andi mengatakan, pada 2015, Disbudparpora Kabupaten Pelalawan mendata ada ribuan wisatawan dari domestik dan mancanegara yang melakukan kunjungan di Negeri Seiya Sekata ini. Tercatat 57.901 orang wisawatan yang datang. Dimana 57.338 wisawatan domestik dan 563 orang wisawatan mancanegara. Sedangkan tahun sebelumnya tercatat sebanyak 50.172 wisawatan. Di antaranya sebanyak 50 ribu wisatawan domestik dan 173 wisatawan mancanegara. "Wisatawan mancanegera yang berkunjung ke sini di antaranya Jepang, Australia, Amerika, Singapura, Prancis, Malaysia dan Rusia," ujar Andi.

Berikan Komentar

Kopi Pahit

Artikel Lainnya
Eva Dwiana Lanjut, Banjir Bandar Lampung Bakal...

Sebagai salah satu warga Bandar Lampung yang jadi korban...

3761


Copyright ©2024 lampungproco. All rights reserved