BANDAR LAMPUNG (Lampungpro.co): Meski urung terjadi, ancaman mogok sejumlah dokter Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Abdul Moeloek (RSUDAM) Lampung, membuat Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Lampung urun saran. Pasalnya, salah satu dalih ancaman itu karena keterlambatan klaim BPJS yang diajukan RSUDAM.

Menurut Kepala Humas BPJS Kesehatan Bandar Lampung, Nurman, mekanisme pembayaran klaim yang belum dibayarkan pada waktunya sudah lama disepakati dengan rumah sakit mitra BPJS termasuk RSUDAM. Menurut Nurman, pihaknya bahkan sudah menyampaikan skema ini melalui Direktur RSUDAM Hery Djoko Subandrio.

"Jika klaim BPJS belum cair, rumah sakit bisa memakai skema supply chain financing atau SCF. Skema SCF dapat menyelamatkan cash flow rumah sakit yang tentunya akan berpengaruh langsung terhadap kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan," kata Nurman kepada Lampungpro.co di Bandar Lampung, Selasa (10/9/2019).

Hingga kini, sejumlah fasilitas kesehatan yang memakai skema itu yakni RS Imanuel melalui Bank Mandiri. Kemudian, Klinik Hemodialisa Lions (BRI), RS Advent (Bank Mandiri), RS Airan Jaya (BSM), RS Gladish Medical Center (Bank Mandiri), RS Graha Husada (BNI Syariah), RSIA Mutiara Putri (Bank Mandiri), RS Wismarini (BSM), RSIA Puri Betik Hati (BSM), RSIA Restu Bunda (Bank Mandiri), dan RS Pertamina Bintang Husada (BSM). 

Informasi yang diperoleh Lampungpro.co dari RSUDAM menyebutkan klaim dana BPJS rata-rata mencapai Rp12 miliar per bulan. Selama 2019, pihak RSUDAM sudah mengajukan klaim hingga Agustus dan masih dalam proses verifikasi. Menurut Kasubag Humas RSUDAM, Akhamd Sapri, sebanyak 42% klaim dana BPJS dibayarkan untuk jasa medis, keperawatan, dan administrasi.

Dari total tagihan itu, menurut Nurman, hingga Maret 2019, pihaknya melunasi Rp43 miliar dari total Rp150 miliar. "Masih ada beberapa klaim asuransi yang harus dilengkapi. Kami berharap dengan skema SCF ini tidak ada lagi ancaman mogok dari para dokter karena proses klaim," kata Nurman. (PRO1)