Geser ke atas
News Ekbis Sosok Halal Pelesir Olahraga Nasional Daerah Otomotif

Kanal

Gagal Panen Udang Selama Tiga Tahun, Ratusan Petambak Dipasena Jadi Buruh Tani dan Kebun Sawit
Lampungpro.co, 13-May-2024

Amiruddin Sormin 1149

Share

Para petambak Dipasena saat menjadi buruh harian mengikat padi roboh memudahkan alat mesin panen di Kecamatan Rawajitu Selatan. LAMPUNGPRO.CO

RAWAJITU TIMUR (Lampungpro.co): Uun (55) warga Kampung Bumi Dipasena Makmur, Kecamatan Rawajitu Timur, Kabupaten Tulang Bawang, bersama ratusan petambak lainnya terpaksa menjadi kuli lepas. Hal ini dilakukan untuk mencari penghasilan tambahan dengan mengikat tanaman padi milik warga di luar Dipasena yang roboh akibat cuaca buruk.

Hal tersebut terpaksa dilakukan karena selama tiga tahun terakhir, ekonomi mereka lagi sulit. Produksi budidaya udang vanamei mengalami penurunan karena sering gagal panen akibat serangan penyakit.

"Musibah pemilik sawah di Rawajitu Selatan, di mana tanaman padinya roboh akibat angin beberapa hari lalu, menjadi berkah bagi kami yang lagi kesulitan ekonomi. Saya dan ratusan petani tambak dan keluarganya dari berbagai Kampung di Bumi Dipasena, jadi kuli upahan harian lepas, untuk memastikan dapur kami bisa ngebul saja." Kata Uun, Minggu (12/5/2024)

Dia tiga tahun terakhir tidak bisa menebar benur karena kehabisan modal. Kepala Kampung Bumi Dipasena Jaya, Dediyono, membenarkan kesulitan ekonomi yang dihadapi oleh masyarakat pertambakan Dipasena saat ini.

Menurutnya banyak warga Bumi Dipasena yang terpaksa mencari pekerjaan di luar pertambakan karena selama ini gagal panen udang secara terus-menerus."Warga terpaksa menjadi kuli upahan, seperti upahan babat rumput di perkebunan sawit, upahan tebang pohon tebu, upahan ikat padi yang roboh akibat angin dan hujan, bahkan. Ada yang jadi asisten rumah tangga (IRT) dan memilih menelantarkan tambak milik mereka" ungkap Dediyono.

Sementara itu, Kepala Bidang Budidaya Perhimpunan Petambak Pembudidaya Udang Wilayah Lampung (P3UW Lampung) Suryadi, menjelaskan, menurunnya produksi karena serangan Acute Hepatopancreatic Necrosis Disease (AHPND). Penyakit ini disebabkan oleh bakteri vibrio yang menyerang hepatopancreas udang.

Adapun gejalanya hepatopancreas membesar dan udang mati mulai umur 14 hari. Bahkan mungkin ada yang baru seminggu di tambak. Kematian ini secara terus menerus (leles), akibatnya populasi udang habis.

Lebih lanjut dijelaskan, bakteri ini berkembang pesat di lumpur yang mengandung amoniak. Baik lumpur sedimentasi maupun terutama lumpur sisa pakan yang tidak terurai.

Berbagai upaya dilakukan P3UW Lampung seperti pengerukan lumpur di muara pintu dam, lumpur di mine Inlet dan sub Inlet. Kemudian, penanganan di dalam tambak seperti penggunaan probiotik dari jenis photosynthesis bacteri dan probiotik jenis lactobacillus, seleksi benur lulus uji virus, dan kerja sama dengan Balai Karantina Lampung untuk uji laboratorium penyakit udang.

"Namun nyatanya belum dapat mengatasi masalah yang ada," pungkas Suryadi. (***)

Editor Amiruddin Sormin, Laporan: Nafian Faiz

Berikan Komentar

Kopi Pahit

Artikel Lainnya
Eva Dwiana Lanjut, Banjir Bandar Lampung Bakal...

Sebagai salah satu warga Bandar Lampung yang jadi korban...

4156


Copyright ©2024 lampungproco. All rights reserved