Geser ke atas
News Ekbis Sosok Halal Pelesir Olahraga Nasional Daerah Otomotif

Kanal

Kenapa Tak Tsunami Pasca Gempa Meski Ada Peringatan? Ini kata BMKG
Lampungpro.co, 04-Aug-2019

Heflan Rekanza 556

Share

GEMPA BUMI, TSUNAMI, BMKG, LAMPUNG

JAKARTA (Lampungpro.com): Gempa Banten magnitudo 6,9 hasil pemutakhiran BMKG yang terjadi pada Jumat malam, 2 Agustus 2019, sempat menggegerkan publik karena diiringi peringatan dini tsunami. Berdasarkan pantauan di berbagai tempat yang disebutkan berpotensi ternyata tsunami tidak terjadi. Gempa Banten di kedalaman 48 kilometer tidak cukup bisa mengganggu kolom air laut permukaan, kata Daryono, Kepala Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG, Sabtu (3/7/2019) kemarin.

Peringatan dini tsunami dari BMKG keluar sesuai data cepat yang masuk dari sedikit sensor gempa. Sesuai standar kerja informasi gempa dan tsunami harus terpublikasi dalam kurun waktu lima menit. Setelah pemutakhiran data skala gempa bermagnitudo 6,9 dari kedalaman 48 dari sebelumnya 10 kilometer. Beda data, lain pula hasilnya.

Hasil pemutakhiran data menyebutkan episenter atau titik sumber gempa terletak pada koordinat 7,32 LS dan 104,75 BT, atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 164 km arah barat daya Kota Pandeglang, Kabupaten Pandeglang. Kedalaman sumber gempa itu 48 km. "Gempa yang terjadi merupakan jenis gempa dangkal akibat adanya deformasi batuan dalam Lempeng Indo-Australia," kata Daryono.

Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa ini dipicu penyesaran oblique yaitu kombinasi gerakan mendatar dan naik. Guncangan gempa ini dirasakan di Lebak dan Pandeglang dengan skala intensitas IV-V MMI, Jakarta III-IV MMI, Bandung, Serang, Bekasi, Tangerang, Bandar Lampung, Purwakarta, Bantul, Kebumen berskala II-III MMI sementara di Nganjuk, Malang, Kuta, Denpasar berskala II MMI.

Daryono menjelaskan, sumber gempa berada di dalam lempeng Australia. Isitilahnya disebut gempa intraslab. Bukan di lempeng (Eurasia) di bawah badan pulau Jawa. Karena sifat batuan samudera itu homogen, maka sekali pecah karena tekanan tidak berlanjut hingga mencetuskan gempa susulan. Berbeda dengan batuan di jalur sesar atau patahan yang pecahannya bisa berkelanjutan.

Gempa dari kedalaman 48 kilometer itu menurutnya tidak cukup untuk menghasilkan tsunami. Berbeda kalau kedalaman 10-15 kilometer itu bisa tsunami Semakin dalam sumber gempa, potensi tsunami tidal terjadi karena syaratnya harus ada deformasi batuan di lapisan yang dekat permukaan. Deformasi batuan merupakan perubahan bentuk batuan akibat gerakan tektonik.

Lokasi sumber gempa juga, menurutnya, bukan di bidang kontak subduksi atau penunjaman lempeng Indo-Australia dengan lempeng Eurasia. Gempanya juga bukan produk dari megathrust (gempa besar). Arah sobekan batuannya tegak lurus utara-selatan, bukan sejajar dengan palung zona megathrust yang mengarah barat-timur," jelas dia.(**/PRO2)

Berikan Komentar

Kopi Pahit

Artikel Lainnya
Lampung Dipimpin Mirza-Jihan: Selamat Bertugas, "Mulai dari...

Dukungan dan legacy yang besar, juga mengandung makna tanggung...

22791


Copyright ©2024 lampungproco. All rights reserved