JAKARTA (Lampungpro.com): Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) menilai, berbagai bentuk pelanggaran hak anak di Kabupaten Tulang Bawang Barat (Tubaba)terus saja meningkat, termasuk kejahatan seksual. Fakta menunjukkan predator kejahatan seksual bukan saja dilakukan orang dewasa tetapi anak sebagai pelaku.

Di 2014, lembaga nirlaba ini menerima 21 kasus pelanggaran hak anak, 52% di antaranya kejahatan seksual. Meningkat di 2015 menjadi 42 kasus, di 2016 naik menjadi 48 kasus, dan hingga Juli 2017, tercatat 49 kasus. "Problem sosial anak perlu mendapat perhatian serius di Tubaba, masih banyak ditemukan anak di bawah usia dari berbagai tiyuh dipaksa melakukan perkawinan dini, dipekerjakan sebagai ekonomi alternatif keluarga, eksploitasi, dan meningkatnya perebutan hak asuh," kata Ketua Umum Komnas PA, Arist Merdeka Sirait dalam keterangan pers, di Jakarta, Rabu (6/9/2017).

Untuk kepentingan terbaik dan masa depan anak Tubaba, Komnas PA mendesak Pemerintah Kabupaten Tubaba segera mendorong masyarakat berpartisipasi dan mendeklarasikan Gerakan Nasional Perlindungan Anak berbasis tiyuh yang diintegrasikan dengan dana dan program desa. "Dengan bergerak bersama diharapkan masyarakat saling memperhatikan, saling menjaga, dan melindungi anak. Itu artinya Pemerintah Tubaba saatnya menggerakkan perlindungan anak dimulai dari keluarga," kata Arist.

Komnas PA juga mendesak DPRD Tubaba menyediakan alokasi anggaran dalam pelaksanaan perlindungan anak dan memberikan jaminan kepada para pegiat dan aktivis perlindungan anak dari ancaman, intimidasi para predator, dan pendukung predator kejahatan terhadap anak. Untuk itu, Dewan Komisioner Komnas PA berencana berkunjung dan bertemu dengan Bupati Tubaba dan Fokompimda. (PRO1)