BANDAR LAMPUNG (Lampungpro.com): Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI Ahmad Basarah mengatakan rangkaian panjang pelaksanaan Pemilu 2019 telah berakhir setelah KPU RI menetapkan Joko Widodo dan Ma'ruf Amin sebagai presiden dan wakil presiden terpilih periode 2019-2024.
Meski demikian, kata Basarah, secara ideologis dan politis, hal itu masih meninggalkan berbagai masalah yang harus segera diselesaikan. Salah satunya fenomena pembelahan atau segregasi di tubuh masyarakat, baik karena perbedaan afiliasi politik capres maupun perbedaan dengan latar belakang keyakinan SARA dan ideologi.
"Segregasi tidak hanya terjadi di pendukung 01 dan 02, melainkan sudah mengarah pada upaya pembelahan antar golongan dalam masyarakat. Sebagai contoh pertentangan Pancasila vs khilafah, negara vs agama, TNI vs Polri, TKN vs BPN," ujar Basarah dalam keterangannya, Selasa (2/7/2019).
"Belum lagi kita temukan fenomena adanya beberapa kelompok dalam masyarakat yang menunggangi momentum pemilu untuk kepentingan ideologisnya di luar agenda pemilu bangsa Indonesia. Inilah yang menjadi concern kita semua," imbuhnya.
Fenomena tersebut memberi dampak pada Pancasila sebagai ideologi bangsa yang berada dalam posisi terancam. Terlebih fenomena terkini, kita temukan adanya fragmentasi di sebagian masyarakat yang masih mempertentangkan antara Pancasila dan negara serta antara Islam dan kebangsaan.
Padahal, kata Basarah, sejak konsensus final Pancasila pada 18 Agustus 1945, Pancasila resmi menjadi milik bangsa Indonesia, bukan milik golongan ataupun rezim. "Ketika kita sibuk mempertentangkan Islam dan Pancasila, padahal keduanya sudah final, justru dua ideologi transnasional, fundamentalisme agama, serta paham liberalisme dan fundamentalisme pasar tengah melakukan eksperimen dengan gencar di Tanah Air," tuturnya.
"Faktanya, menurut BPNT, ada 7 kampus negeri terpapar radikalisme, kemudian data Kemendagri menyebut 19,4% ASN terpapar radikalisme, selanjutnya 3% TNI menurut penjelasan Menteri Pertahanan juga terpapar radikalisme, dan BNPT menyebut 2 juta pegawai BUMN berpotensi kuat terpapar ideologi transnasionalisme," ungkap Basarah.
Di sisi lain, liberalisme dan fundamentalisme pasar yang mengagungkan kebebasan atas nama hak asasi manusia juga bekerja masif di Indonesia. Sebagai contoh, propaganda gaya hidup bebas, narkoba, dan mungkin suatu saat akan menuntut legalisasi perkawinan sejenis di Indonesia. (***/PRO3)
Berikan Komentar
Para kepala daerah di Lampung punya kesempatan untuk membuktikan...
15987
516
13-Sep-2025
365
13-Sep-2025
Universitas Lampung
Universitas Malahayati
Politeknik Negeri Lampung
IIB Darmajaya
Universitas Teknokrat Indonesia
Umitra Lampung
RSUDAM Provinsi Lampung
TDM Honda Lampung
Bank Lampung
DPRD Provinsi Lampung
DPRD Kota Bandar Lampung
DPRD Kota Metro
Pemrov Lampung
Pemkot Bandar Lampung
Pemkab Lampung Selatan
Pemkab Pesisir Barat
Pemkab Pesawaran
Pemkab Lampung Tengah
Pemkot Kota Metro
Pemkab Mesuji
Pemkab Tulangbawang Barat
Suaradotcom
Klikpositif
Siberindo
Goindonesia