Peta sebaran asap akibat pembakaran hutan dan lahan di Indonesia. LAMPUNGPRO.CO/BMKG

BANDAR LAMPUNG (Lampungpro.co): Asap tebal akibat pembakaran hutan dan lahan (karhutla) mulai terdeteksi oleh Satelit Himawari di Provinsi Lampung, Jumat (20/9/2019) pukul 16.00 WIB. Sementara Satelit Aqua, SNPP, dan NOAA20 memantau terdapat 44 sebaran titik panas (hotspot) di Lampung pada Jumat (20/9/2019) atau naik dari sebelumnya 30 titik panas.

Kabupaten Tulangbawang, Lampung Tengah, dan Lampung Timur, masih mendominasi sebaran titik panas. Sebaran ini masih terkonsentrasi di wilayah yang selama ini langganan terdeteksi titik panas yakni Bandar Mataram (Lampung Tengah, Sukadana (Lampung Timur), dan Gedong Meneng (Tulangbawang). Hingga kini dari daerah langganan pembakaran lahan itu, kepolisian dan aparat terkait belum menetapkan satu pun siapa tersangka yang bertanggungjawab atas pembakaran itu.

Berdasarkan laporan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Radin Inten II Lampung, arah sebaran asap di Lampung menyebar ke arah Barat Laut hingga ke utara. Satelit juga memantau terdeteksi adanya transboundary haze dari Sumatera ke Singapura, Semenanjung Malaysia, dan dari Kalimantan Barat ke Serawak, Malaysia.

Monsun Australia masih dominan mempengaruhi  kondisi cuaca di wilayah Lampung, sehingga aliran massa udara masih didominasi dari arah Tenggara-Selatan. Anomali suhu muka laut di perairan Lampung terpantau negatif sehingga pasokan uap air ke atmosfer minim. 

Kondisi MJO berada dalam kuadran 8 (Arfika) sehingga tidak berdampak terhadap pembentukan awan-awan hujan untuk wilayah Lampung dan diprediksi bergerak menuju kuadran 1 dalam beberapa hari ke depan. Prediksi OLR bernilai positif hingga 15 hari kedepan dan diprediksi tidak banyak awan terbentuk di wilayah Lampung. (PRO1)