FUKUOKA (Lampungpro.com): Di Negeri Matahari Terbit Jepang, semua hari terasa sama. Tidak ada suasana Ramadan seperti di Indonesia. Dosen Universitas Bandar Lampung (UBL) IB Ilham Malik yang tengah studi di Jepang kepada Lampungpro.com mencerikan pengalamannya selama tiga kali Ramadan di Jepang.
Saat ini, Ilham tengah berada di Kota Kitakyushu, Prefecture Fukuoka, Jepang. "Kitakyushu ini kota tempat Surabaya kerja sama menata kota dan lingkungan. Ibu Risma (Tri Rismaharini, Wali Kota Surabaya, red), sering ke sini," kata Ilham, Sabtu (2/6/2018).
Puasa di sini dimulai pada pukul 03.15 menit. Waktu berbuka jam 19.25 menit. Ramadan tahun ini bertepatan dengan musim panas sehingga siang lebih panjang daripada malam.
"Di tiap kota ada masjid. Meskipun sebagian masih sementara. Tidak ada speaker yang melantunkan suara azan, mengaji, ceramah, dan memperdengarkan bacaan salat. Semua tanpa pengeras suara. Bangunannya sama dengan yang lain, tetapi fungsinya sebagai masjid," kata Ilham yang juga pengamat transportasi Lampung itu.
Setiap akhir pekan ada buka puasa bersama di berbagai masjid. Termasuk di masjid sementara di kampus-kampus atau kota lain yang belum ada masjid. Di akhir pekan itulah bisa bertemu dan bersilaturahmi dengan sesama muslim dari berbagai negara.
Saat berbuka puasa seperti ini bisa menikmati aneka makanan berbagai negara yang halal. Pasalnya, di Jepang hampir semua makanan mengandung makanan yang tidak halal, sehingga ketika dapat makanan halal tentu ini sangat menyenangkan.
"Suasana Ramadan di Indoensia tidak bisa ditemukan di Jepang. Meskipun di sini selalu ada salat tarawih dengan 20-40 jemaah, tetap saja suasana Ramadan dalam artin luas sangat berkesan di Indonesia," kata Ilham.
Ilham tinggal di Kota Kitakyushu yang didesain dengan kondisi lingkungan perkotaan terbaik di Jepang bahkan dunia. Banyak kota dari negara lain menjadikan kota ini rujukan penataan kota dan lingkungan. Tentu saja hampir semua penduduknya nonmuslim.
Syukurnya, rekan-rekan dari berbagai negara terutama China dan Jepang sangat memahami umat Muslim berpuasa. Sehingga mereka sembunyi jika makan untuk menghormati umat Muslim. "Mereka tidak terganggu ketika kami salat. Semua kegiatan di sini biasa saja, tanpa ada gangguan apa pun," kata Ilham.
Sebenarnya tidak terlalu sulit mencari makanan halal, karena banyak makanan berbahan seafood dan sayuran. Tetapi karena sehari-hari jenis makanannya sama, kadang bosan dengan jenis makanan itu. Untungnya ada rekan sesama Muslim membuka katering makanan selama bulan puasa. Mereka menjual ketoprak, mie aceh, dan nasi uduk, sehingga bisa membantu menjaga selera makan selama di Jepang.
"Kami juga banyak yang memasak sendiri makanan di Jepang, dengan membawa berbagai bumbu racikan dari Indonesia," kata Ilham.
Waktu salat di Jepang, kata Ilham, berpatokan pada aplikasi online berisi jadwal salat, kiblat, berbuka puasa, dan sahur. Jadi, semua warga mengandalkan aplikasi itu. Tempat salat jamaah, bisa dilaksanakan di kampus atau di rumah salahs atu warga.
"Khusus salat Jumat dan tarawih, kami adakan di kampus memakai ruangan di klub olahraga atau di ruang pertemuan asrama mahasiswa. Pihak kampus sangat welcome dengan kegiatan ibadah kami selama ini," kata Ilham. (PRO1)
Berikan Komentar
Sebagai salah satu warga Bandar Lampung yang jadi korban...
4133
Universitas Lampung
Universitas Malahayati
Politeknik Negeri Lampung
IIB Darmajaya
Universitas Teknokrat Indonesia
Umitra Lampung
RSUDAM Provinsi Lampung
TDM Honda Lampung
Bank Lampung
DPRD Provinsi Lampung
DPRD Kota Bandar Lampung
DPRD Kota Metro
Pemrov Lampung
Pemkot Bandar Lampung
Pemkab Lampung Selatan
Pemkab Pesisir Barat
Pemkab Pesawaran
Pemkab Lampung Tengah
Pemkot Kota Metro
Pemkab Mesuji
Pemkab Tulangbawang Barat
Suaradotcom
Klikpositif
Siberindo
Goindonesia