Syamsiani, S.Pd. I. DOK. PRIBADI

BANDAR LAMPUNG (Lampungpro.co): Bulan suci Ramadan merupakan momentum strategis untuk menggerakkan pemberdayaan ekonomi umat. Di bulan yang penuh berkah ini, potensi kekuatan ekonomi dapat ditingkatkan melalui berbagai inisiatif. Tidak hanya menggerakkan perekonomian, tetapi juga menumbuhkan solidaritas dan semangat berbagi.

Ramadan merupakan bulan penuh berkah bagi umat Islam di seluruh dunia, Bulan ini memiliki banyak keistimewaan dibandingkan dengan bulan lainnya. Karena di bulan ini pahala ibadah dilipatgandakan, bulan turunnnya Alquran, Lailatul Qadar yaitu malam yang lebih baik daripada seribu bulan, dan diijabah semua doa.

Meskipun umat islam dianjurkan banyak Ibadah salat, membaca Alquran, zikir, dan lainnya, namun di bulan ini umat islam didorong untuk banyak memberi sebagian rezekinya, baik berbentuk zakat, wakaf, infak maupun sedekah. Ramadan ini menjadi momentum penting untuk membangkitkan kesadaran diri kita untuk melaksanakan kegiatan ekonomi yang sesuai dengan syariah, karena bekerja adalah sebagai bentuk ibadah untuk memenuhi kebutuhan diri, keluarga, dan masyarakat yang membutuhkan.

Perlu kita sadari bahwa zakat, infak, sedekah, dan wakaf (ziswaf) sangat berperan dalam membangun ekonomi umat melalui kegiatan ekonomi produktif. Selain untuk konsumtif yaitu memberi makan bagi fakir dan miskin. ziswaf menjadi wadah untuk membangkitkan ekonomi umat dengan cara program pemberdayaan ekonomi yang produktif yang mampu menciptakan lapangan kerja baru.

Ramadan ini diharapkan menjadi momentum untuk membangkitkan kesadaran umat Islam untuk membayar kewajiba zakat. Puasa akan meningkatkan kepekaan sosial dan kepedulian terhadap sesama. Dalam kondisi lapar orang akan lebih peka terhadap kondisi saudara dan tetangga yang kurang mampu dan keinginan membantunya.

Kepedulian terhadap sesama ini dapat kita lihat dari maraknya pembagian takjil dan buka puada di jalanan. Untuk memaksimalkan potensi ziswaf selama Ramadan ini perlu dilakukan langkah langkah strategis.

Antara lain: pertama, perlunya sosialisasi dan edukasi terhadap masyarakat akan pentingnya xiswaf bagi kepentingan pemberdayaan masyarakat. Peran para ulama dan tokoh masyarakat dalam menjelaskan dan memotivasi ummat untuk menunaikan kewajiban agama atas harta-harta yang dimiliki.

Kedua, perlu penguatan lembaga pengelola ziswaf agar mampu memanfaatkan dana umat untuk hal hal yang produktif. Sehingga mampu memberdayakan lebih banyak orang. Pemanfaatan bisa untuk konsumtif bagi mereka mereka yang sangat membutuhkan untuk makan sehari hari. Kemudian, pemanfaatan produktif dengan cara memberi pelatihan dan modal kerja bagi para wirausahawan kecil yang ingin membuat atau mengembangkan usahanya, sehingga diharapkan mampu menjadi muzakki.

Ketiga, perlu sinergi antara lembaga ziswaf, masjid, pesantren, dan lembaga swadaya masyarakat. Tujuannya, untuk menentukan langkah pemberdayaan yang tepat sasaran serta menyiapkan kader kader peduli umat.

Semoga Ramadan tahun ini menjadi momentum kebangkitan ekonomi umat. Sehingga, Ramadan tidak hanya menjadi waktu untuk meningkatkan ibadah dan spiritualitas. Tetapi juga sebagai momentum untuk memacu pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan serta mengentaskan kesejahteraan umat.

Pemberdayaan ekonomi umat selama Ramadan diharapkan dapat menjadi pijakan untuk menciptakan keseimbangan antara nilai-nilai keagamaan dan kemajuan ekonomi secara holistik. Semoga Ramadan tahun ini menjadi momentum kebangkitan ekonomi umat dalam menyongsong bulan suci Ramadan. Marhaban ya, Ramadan! Aamin ya Rabbal Alamin. (***)

Penulis: Syamsiani, S.Pd. I (Penyuluh Agama Islam OKU Timur)
Editor: Amiruddin Sormin