LAMPUNG SELATAN (Lampungpro.com) : Kaporles Lampung Selatan AKBP M Syarhan melaporkan tsunami Selat Sunda yang menerjang pesisir pantai Lampung pada Sabtu (22/12/2018) malam membuat akses menuju Dermaga Bom hingga Dermaga Canti di pesisir Kalianda terputus.
Syarhan menjelaskan, Polri bersama TNI hingga kini masih berusaha membuka jalan secara manual lantaran alat-alat berat masih belum bisa digunakan. "Kami bersama TNI dan Polri terus berupaya membuka akses jalan yang tertimpa bahan bangunan. Arah ke pesisir Kalianda, Dermaga Bom sampai ke Dermaga Canti terputus. Sebagian sudah kita buka secara manual dengan bantuan masyarakat. Alat berat masih dalam perjalanan," jelasnya, Minggu (23/12/2018).
Syarhan mengungkapkan, daerah di Lampung Selatan cukup parah terdampak tsunami, terutama di wilayah pesisir Pantai Katibung. Menurut Syarhan, masyarakat di daerah tersebut menetap di pesisir pantai dengan jarak rumah dan jalan raya ke tepi laut hanya sekitar belasan meter. Rumah masyarakat yang sebagian besar terbuat dari kayu tak sanggup menahan dorongan gelombang pasang yang terjadi hingga hancur.
"Sampai jam lima subuh tadi masyarakat yang sudah dievakuasi ke RS sudah enam orang [meninggal], luka sampai 100 orang, tapi kami masih mendata karena masyarakat masih mengamankan barang-barang rumah mereka. Kami membuka posko untuk masyarakat memberikan info. Untuk saat ini posko terletak dekat dermaga di Pasar Kalianda," ungkapnya.
Tsunami terjadi pada Sabtu malam sekitar pukul 21.27 WIB. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memaparkan fenomena Tsunami Selat Sunda pada Sabtu malam termasuk langka dan hingga kini penyebabnya belum bisa dipastikan.
"Letusan Gunung Anak Krakatau juga tidak besar. Tremor menerus namun tidak ada frekuensi tinggi yang mencurigakan. Tidak ada gempa yang memicu tsunami saat itu. Itulah sulitnya menentukan penyebab tsunami di awal kejadian," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, melalui keterangan resminya.
Sementara itu, analisis Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sejauh ini memaparkan gelombang tinggi kemarin dipicu karena cuaca, bukan gempa bumi. Laporan tim lapangan BMKG juga menambahkan bahwa gelombang tinggi kemarin diperparah oleh hujan lebat dan angin kencang yang terjadi di perairan Anyer dan Lampung sejak pukul 09.00 hingga 11.00 WIB.(**/PRO4)
Berikan Komentar
Sebagai salah satu warga Bandar Lampung yang jadi korban...
4138
Universitas Lampung
Universitas Malahayati
Politeknik Negeri Lampung
IIB Darmajaya
Universitas Teknokrat Indonesia
Umitra Lampung
RSUDAM Provinsi Lampung
TDM Honda Lampung
Bank Lampung
DPRD Provinsi Lampung
DPRD Kota Bandar Lampung
DPRD Kota Metro
Pemrov Lampung
Pemkot Bandar Lampung
Pemkab Lampung Selatan
Pemkab Pesisir Barat
Pemkab Pesawaran
Pemkab Lampung Tengah
Pemkot Kota Metro
Pemkab Mesuji
Pemkab Tulangbawang Barat
Suaradotcom
Klikpositif
Siberindo
Goindonesia