Mencari musuh di 2018 ini amat mudah. Dukung saja salah satu kandidat yang akan berlaga di pemilihan gubernur (pilgub) atau bupati/wali kota, musuhmu dipastikan banyak.

Tak hanya jadi musuh. Gerak-gerikmu pun bakal dipantau, bahkan isi celana dalammu pun bakal dipersoalkan. Pemikiran cemerlangmu pun seketika bakal musnah, karena yang dilihat hanyalah sisi gelapmu.

Boleh saja reformasi lahir 20 tahun lalu. Namun sampai kini operatornya lebih sering memakai otak kiri. Sehari-hari yang muncul di berbagai media terutama media sosial, adalah produk otak kiri yang membuat garis tegas antara kawan dan lawan.

Perbedaan masih dinilai lawan dengan prinsip kalau kuat lawan, kalau tak kuat rangkul. Maka jargon pun bermunculan. 'Di Lampung jangan lembek, kalau lembek diolah kawan'. Etika hanya santapan di bangku kuliah. Di jalanan, ini dadaku mana dadamu.

Pesta pergantian Tahun Baru yang penuh aroma kemesraan, tak lama lagi tinggal kenangan. Dentuman kembang api memekakkan telingan dan mewarnai angkasa, bakal berubah dengan atmosfer umpatan dan saling buka bangkai masing-masing.

Tak perlu visi misi brilian untuk meyakinkan rakyat. Politik itu butuh sensasi dan pencitraan. Balut semuanya dengan itu, karena visi misi itu cuma syarat mendaftar ke Komisi Pemilihan Umum (KPU).

Cari aib lawan berkoper-koper lalu tebar ke setiap sudut. Ini politik goro-goro. Tijitibeh, mati siji mati kabeh. Politik santun itu hanya perlu sebagai penghias baliho dan di layar Youtube. Ingat semboyannya, siap menang, siap kalah. Bukan ikhlas menang, ikhlas kalah. Selamat memasuki Tahun Politik!

Tabik puunnn....

�

�

AMIRUDDIN SORMIN
Wartawan Utama

�