BANDAR LAMPUNG (Lampro): Bank Indonesia mencermati meningkatnya risiko gejolak harga di awal 2017. Untuk itu, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) se-Lampung mengadakan rapat koordinasi untuk mengantisipasi gejolak harga pada awal 2017.
"Meski inflasi Provinsi Lampung pada 2016 tercatat cukup terkendali, namun demikian, Bank Indonesia mencermati meningkatnya risiko gejolak harga di awal 2017," kata Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung, Arief Hartawan, di Bandar Lampung, Jumat (13/1/2017).
Risiko tersebut, kata dia, terutama akan bersumber dari gejolak harga pangan (volatile food) dan harga yang ditetapkan pemerintah (administered prices).�
Ia menjelaskan, dari hasil koordinasi TPID se-Provinsi Lampung, perkembangan harga-harga saat ini masih dalam tingkat yang wajar.�Namun demikian, Rapat Koordinasi TPID memandang perlu segera dilakukan langkah antisipatif.
Yaitu, pertama, dalam jangka pendek akan memperkuat stok Bulog untuk operasi pasar komoditas cabai yang harganya mulai meningkat cukup tinggi di beberapa Kota di Lampung.�
Kedua, mendorong rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan cabai secara mandiri di pekarangan rumahnya. Dalam pelaksanaannya, Bank Indonesia Kantor Perwakilan Lampung akan menjajaki kerja sama dengan Badan Ketahanan Pangan Provinsi, serta SMK pertanian untuk penyediaan bantuan bibit cabai dalam polybag.�
Ketiga, akan melakukan koordinasi dengan seluruh TPID dengan secara lebih intensif untuk mendeteksi secara dini potensi tekanan harga. Sehingga, dapat segera merumuskan langkah-langkah yang diperlukan.�
"Dalam kaitan ini, berbagai informasi tentang harga, produksi, dan distribusi bahan-bahan pokok akan menjadi fokus perhatian bagi TPID di seluruh Provinsi Lampung," ujarnya.�
Kemudian, kata dia, mengintensifkan komunikasi dalam rangka meminimalkan dampak kenaikan harga yang ditimbulkan dari penetapan harga oleh pemerintah (administered prices). Sebagaimana diketahui, Pemerintah akan mengurangi subsidi listrik secara bertahap khususnya rumah tangga dengan daya listrik 900 Va.
Selain itu, menaikkan cukai rokok, kenaikan harga BBM non-subsidi sejalan dengan kenaikan harga minyak dunia, serta penyesuaian biaya pengurusan BPKB dan STNK.�
"Antisipasi yang diperlukan terkait dengan kenaikan harga BBM, yang dapat memicu dampak tidak langsung terhadap kenaikan tarif angkutan umum, serta tarif untuk mengangkut barang-barang kebutuhan pokok," kata Arief.
Mencermati kenaikan harga BBM non subsidi pada 5 Januari 2017 yang berkisar antara Rp300-Rp450 per liter, diperkirakan belum akan memberikan dampak yang signifikan pada inflasi indeks harga konsumen di Lampung.
Hal itu karena pengguna dari BBM nonsubsidi yang masih relatif terbatas, serta kendaraan umum yang menggunakan BBM subsidi yang harganya tidak mengalami kenaikan. (ANT/*)
�
Berikan Komentar
Sebagai salah satu warga Bandar Lampung yang jadi korban...
4139
Universitas Lampung
Universitas Malahayati
Politeknik Negeri Lampung
IIB Darmajaya
Universitas Teknokrat Indonesia
Umitra Lampung
RSUDAM Provinsi Lampung
TDM Honda Lampung
Bank Lampung
DPRD Provinsi Lampung
DPRD Kota Bandar Lampung
DPRD Kota Metro
Pemrov Lampung
Pemkot Bandar Lampung
Pemkab Lampung Selatan
Pemkab Pesisir Barat
Pemkab Pesawaran
Pemkab Lampung Tengah
Pemkot Kota Metro
Pemkab Mesuji
Pemkab Tulangbawang Barat
Suaradotcom
Klikpositif
Siberindo
Goindonesia