Geser ke atas
News Ekbis Sosok Halal Pelesir Olahraga Nasional Daerah Otomotif

Kanal

Bupati Pringsewu Sujadi Saddat Tak Pernah Absen Ngaji
Lampungpro.co, 10-Dec-2017

Lukman Hakim 1562

Share

Portal berita Lampung, Portal Berita Online Lampung, Situs Berita Online Lampung, Berita Online Lampung Terdepan, Berita Online Lampung Terkini, Situs Berita Pembangunan Lampung, Situs Berita Pariwisata Lampung, Situs Berita Pendidikan Lampung, Portal Berita Politik Lampung, Portal Berita Nasional Lampung, Portal Berita Olahraga Lampung, Portal Berita Lampung Terkini, Berita Bisnis Lampung Terdepan, Berita Politik Lampung Terkini

PRINGSEWU (Lampungpro.com): Sikap kesantrian selalu melekat pada sosok kharismatik Bupati Pringsewu Sujadi Saddat. Sikap ini pun yang telah menghantarkannya dipercaya banyak orang mengemban amanah, baik dalam organisasi maupun politik. Selain itu, keikhlasan dalam menjalani hidup dan pengabdian di Nahdlatul Ulama pun membuatnya tak pernah melupakan latar belakang pendidikan dia.

Hingga saat ini, alumni Pondok Pesantren Al-Asyariyah, Kalibeber, Wonosobo ini selalu menerapkan prinsip santri pada setiap jabatan yang ia emban. Komitmen menjadi santri tetap ia lakukan hingga saat ini. Sujadi pun tak absen untuk mengaji.

Pria kelahiran 10 Juni 1960 itu tetap mengajar tafsir Al-Quran kepada masyarakat. Menggunakan rumah pribadinya, Sujadi mengajar tafsir Al-Quran satu minggu sekali, yaitu setiap Rabu. Ia pun tetap mengajar pada Ngaji Ahad (Jihad Pagi) di Gedung NU setempat setiap hari Minggu pagi. "Ya saya ini kan santri, sekali santri tetap santri," kata Sujadi kepada Lampungpro.com, Minggu (10/12/2017) pagi.

Kehidupannya sebagai bupati pun tak lepas dari kesantrian. Ia menerapkan sistem ngaji dalam bentuk tes baca Al-Quran untuk pejabat muslim yang akan menduduki posisi pemerintahan Pringsewu. "Ini agar ruh religius tertanam dalam pejabat publik dan juga untuk memberi keberkahan daerah," kata dia.

Hingga kini, ia pun tetap menanamkan nasihat gurunya, yaitu K.H Faqih Muntaha yang merupakan putera K.H Muntaha Almaghfurlah. Pesan yang diamanatkan gurunya kepada Sujadi ialah agar memimpin tetap dalam jalur sebagai pendakwah. "Guru saya berpesan, agar menjadi bupati yang tetap waspada, banyak orang pinter yang keblinger, orang bodoh dimanfaatkan orang lain," kata dia.

Ia pun berkeyakinan menjadi pemimpin tak boleh sombong sebagaimana falsafah Jawa Gundhul-Gundul Pacul. Dalam falsafah itu, kata Sujadi tempat nasi menggambarkan amanah. Sementara nasi merupakan kesejahteraan. "Kalau arogan, kesejahteraan tak akan terwujud, ujungnya masyarakat yang menderita," kata dia. (SYAHREZA/PRO2)

Berikan Komentar

Kopi Pahit

Artikel Lainnya
Lampung Dipimpin Mirza-Jihan: Selamat Bertugas, "Mulai dari...

Dukungan dan legacy yang besar, juga mengandung makna tanggung...

22574


Copyright ©2024 lampungproco. All rights reserved