Geser ke atas
News Ekbis Sosok Halal Pelesir Olahraga Nasional Daerah Otomotif

Kanal

Ditakuti Warga Jakarta, ini Sejarah Bendungan Katulampa Bogor
Lampungpro.co, 06-Feb-2018

Lukman Hakim 1666

Share

Berita Lampung, Portal Berita Politik Lampung, Portal Berita Olahraga Lampung, Portal Berita Pertanian Lampung, Berita Lampung Terbaru, Berita Asian Games, Berita Pariwisata Terkini, Portal Berita Kuliner, Web Berita Daerah Lampung Ter-Update, Portal Berita Kriminal Lampung

JAKARTA (Lampungpro.com): Musim hujan telah tiba. Curah hujan yang tinggi dalam waktu yang lama, tak pelak membuat cemas warga Jakarta. Ancaman banjir kembali tiba.�Dalam kondisi seperti ini, hanya satu kabar yang menjadi andalan warga Jakarta dan sekitarnya, yaitu kondisi muka air di Bendungan Katulampa, Bogor.

Jika belum tiba pada status siaga, warga Jakarta dan sekitarnya masih bisa bernapas lega. Namun, jika sudah masuk posisi siaga, apalagi siaga satu seperti yang terjadi sepanjang pagi kemarin, alamat harus bersiap menghadapi banjir.

Bendungan Katulampa terletak di Kelurahan Katulampa, Kota Bogor. Bendungan ini seolah menjadi pusat perhatian warga Jakarta terutama saat musim hujan tiba. Dalam sejarahnya, bendungan Katulampa mulai beroperasi sejak 1911, namun perencanaan pembangunannya sudah dimulai sejak 1889 setelah banjir besar melanda sebagian wilayah Jakarta di tahun 1872. Bahkan konon banjir tersebut juga melanda kawasan elit Harmoni.

Bendungan Katulampa dirancang oleh Ir. Hendrik van Breen, seorang arsitek yang juga pejabat�Ingenieur der Gouvernements Waterleidingen�(semacam PDAM di Batavia). Bendungan ini memiliki panjang total 74 meter, dengan 5�inlaatsluis�(pintu untuk mengalirkan arus ke kawasan di bawah), 3�spuisluis�(pintu untuk menahan air, jika volume air berlebihan dan mengancam kawasan bawah), dengan lebar masing-masing pintu 4 meter.

Pembangunannya sendiri dikabarkan telah menelan biaya 80.000 Gulden. Pembangunan dimulai pada 16 April 1911 dan diresmikan pada 11 Oktober oleh Gubernur Jenderal Hindia-Belanda saat itu,�Alexander Willem Frederick Idenburg.�

Sedemikian pentingnya bendungan ini, peresmiannya pun dihadiri oleh seluruh pejabat di pemerintahan Hindia-Belanda termasuk Gubernur Jenderal AWF Idenburg, Kepala Insinyur Negara Roos, Ir Van Dissel, Ir Hendrik van Breen, pengawas Leuwiliang dan Bogor, anggota dewan Ebbink, administrator D.Veenstra (Ciloear), dan Mulder (Kedoeng Halang).

Kemudian, Valete (Pondok Gedeh), Sol (Ciomas), Residen Batavia, Asisten Residen (setingkat wedana) Bogor. Hadir pula para patih dari Bogor, Batavia, dan Meester Cornelis (Jatinegara). Peresmian itu bahkan dimeriahkan dengan gamelan dan tari-tarian serta upacara selamatan dengan mengubur kepala kerbau.�

Selain untuk memantau debit air Ciliwung, bendungan ini juga berfungsi sebagai sarana irigrasi yang mengairi lahan persawahan seluas 5.000 hektare yang dahulu banyak terdapat di sisi kiri dan kanan bendungan. Memasuki musim penghujan, bendungan ini bisa menampung air hingga debit 630 ribu liter air per detiknya. Ketinggian air pernah mencapai 250 cm atau 2,5 meter pada 1996,�2002, 2007, dan 2010, dan terakhir kemarin pagi.�

Dari Katulampa, air dari Sungai Ciliwung akan dialirkan melalui pintu air ke Kali Baru Timur (Oosterslokkan), yaitu�saluran irigasi yang dibangun pada abad ke-18 atas prakarsa Gubernur Jenderal Baron van Imhoff. Saluran air ini melintasi Weltevreden (Menteng).

Pembuatan kanal ini sebelumnya ditujukan untuk lalu lintas pelayaran ke daerah pedalaman Bogor.�Ide tentang lalu lintas sungai ini tidak hanya diprakarsai oleh Gubernur Jenderal van Imhoff saja, tapi juga Gubernur Jenderal Daendels telah berencana menggali kanal untuk pelayaran ke dalam wilayah Bogor.�

Dari timur Bogor, sungai buatan ini mengalir sampai ke Jakarta melalui sisi Jalan Raya Bogor yang berlanjut sampai Cimanggis, Depok, Cilangkap, sebelum akhirnya bermuara di daerah Kali Besar, Tanjung Priok, Jakarta Utara.�Aliran kanal ini di masa lalu pernah digunakan untuk mengairi lahan persawahan yang dahulu terbentang antara Bogor-Jakarta.

Belakangan, karena makin banyak persawahan berubah fungsi menjadi permukiman, Bendungan Katulampa tidak lagi maksimal fungsinya. Kini Bendungan Katulampa hanya berfungsi untuk memantau ketinggian air saja dan tidak bisa digunakan untuk mencegah atau mengurangi banjir yang biasa datang di musim penghujan. Bendungan ini memang tidak memiliki kemampuan untuk menahan maupun membuka-tutup pintu air.�

Ketinggian air yang melewati bendungan Katulampa akan dicatat dan dikirim ke bendungan lain yang ada di kawasan Depok dan Pintu Air Manggarai. Dari catatan yang dikirimkan itu, petugas bisa memperkirakan waktu kedatangan banjir kiriman itu ke Jakarta sehingga masyarakat yang terdampak bisa melakukan antisipasi sedini mungkin.�(**/PRO2)

Berikan Komentar

Kopi Pahit

Artikel Lainnya
Eva Dwiana Lanjut, Banjir Bandar Lampung Bakal...

Sebagai salah satu warga Bandar Lampung yang jadi korban...

3698


Copyright ©2024 lampungproco. All rights reserved