BANDAR LAMPUNG (Lampungpro.com): Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lampung (Unila) menggelar pelatihan dukungan psikologi penyintas anak di daerah bencana, Rabu (9/1/2019). Pelatihan ini memberikan ilmu atau beragam terapi kepada relawan dalam mendukung psikologis penyintas anak di daerah bencana.
"Terapi dalam psychososial first aid atau bantuan psikologis pertama inilah yang nantinya akan mendukung usaha bertahan di masa pemulihan," kata Ketua Panitia, Ratna Widiastuti.
Acara ini diprakarsai Dekan FKIP Patuan Radja bersama Ketua Himpunan Psikologi Indonesia (Himpsi) Lampung Renyep P. dengan menghadirkan pemateri Yeti Widiati, psikolog dari lembaga Paradigma sekaligus pelatih kebencanaan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas). Acara diikuti 44 peserta terdiri Prodi Bimbingan Konseling Unila, PG Paud Unila, Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Lampung, Prodi Psikologi Universitas Islam Negeri Raden Intan, Prodi Psikologi Universitas Malahayati, Himpsi Provinsi Lampung dan unsur masyarakat lainnya.
"Fakta di lapangan menunjukkan dalam sebulan pertama setelah terjadi bencan banyak bantuan diberikan kepada penyintas, terutama logistik. Namun setelah sebulan berlalu, bantuan yang banyak itu akan pergi. Sedangkan penyintas harus bertahan hidup di lokasi bencana dan tetap menjalani hidupnya di situ," kata Ratna.
Dia menambahkan, mereka harus dibantu agar mampu bertahan hidup dan kuat, sekaligus lentur dalam mengatasi masalahnya. "Terutama kuat secara psikologis dalam menyelesaikan masalah hidupnya setelah terjadi bencana. Di sinilah peran penting relawan dalam memberikan dukungan psikologis dengan membantu penyintas agar kembali mandiri dalam menyelesaikan masalah hidupnya," kata Ratna.
Materi yang disampaikan Yeti Widiati adalah konsep evaluasi dalam bencana. Pengenalan korban termasuk karakteristik dan kategori korban, critical incident stress management dalam kebencanaan, sindrom bencana, trauma dan penanganan krisis, P3K psikologis atau psychososial first aid (PFA).
Selain itu, beberapa tindakan PFA seperti self protection pada relawan, psikodrama, art therapy, eye movement, debriefing, dissosiasi, narrative exposure therapy dan teknik lain. Materi ini bermanfaat untuk membantu penyintas mengatasi gangguan psikologis agar bangkit kembali dan memegang kendali atas hidupnya.
Salah satu teknikart therapy misalnya dengan mengajak peserta melakukan stimulasi emosi melalui aktivitas menggambar. Gambar berupa dua hal yaitu yang tidak menyenangkan dan gambar yang membuat menyenangkan dan terasa nyaman.
Menurut peserta pelatihan, Naqiyyah Syam perwakilan Puspa Lampung, pelatihan penting dalam mendampingi psikologi anak di daerah bencana. "Apabila trauma pribadi ikut terpicu saat membantu penyintas, para relawan dianjurkan melakukan self healing. Tidak menutup kemungkinan relawan punya emosi negatif. Kondisi lapangan juga bisa membuat relawan mudah terpicu emosi sesuai beragam emosi negatif yang dialami penyintas," ujar Naqiyyah. (PRO1)
Berikan Komentar
Dukungan dan legacy yang besar, juga mengandung makna tanggung...
5117
Humaniora
19192
Bandar Lampung
10376
Pesisir Barat
8685
111
12-Mar-2025
166
12-Mar-2025
194
12-Mar-2025
Universitas Lampung
Universitas Malahayati
Politeknik Negeri Lampung
IIB Darmajaya
Universitas Teknokrat Indonesia
Umitra Lampung
RSUDAM Provinsi Lampung
TDM Honda Lampung
Bank Lampung
DPRD Provinsi Lampung
DPRD Kota Bandar Lampung
DPRD Kota Metro
Pemrov Lampung
Pemkot Bandar Lampung
Pemkab Lampung Selatan
Pemkab Pesisir Barat
Pemkab Pesawaran
Pemkab Lampung Tengah
Pemkot Kota Metro
Pemkab Mesuji
Pemkab Tulangbawang Barat
Suaradotcom
Klikpositif
Siberindo
Goindonesia