Ya, harusnya begitu. Begitulah hukum besi ekonomi. Ibarat air mengalir ke dataran rendah, uang meluncur ke khitahnya. Makin kencang pusaran potensinya makin semangat cash nexus (uang) menyerbu ke situ.

Ketika Presiden Joko Widodo mengajak Gubernur Lampung M. Ridho Ficardo, rewangan dalam rapat terbatas di Istana Negara, minggu lalu, misalnya, perintah Kepala Negara jelas. Setelah jalan tol menjadi karpet merah perekonomian yang baru, lalu Bandara Radin Inten II mendunia dan segera dipenuhi pesawat gede rute internasional, plus digenapi tuntasnya listrik 2019, tunai sudah kesiapan provinsi tercinta ini 'didarati' aneka rupa investasi.

Dalam pertemuan di Lembaga Administrasi Negara (LAN) Kamis (16/32017), 21 kepala daerah se-Indonesia memaparkan ketangkasan mereka menyejahterakan rakyatnya, termasuk memasang bubu dan menjerat uang masuk.

Kita tarik contoh Bantaeng, kabupaten di ketiak Sulawesi Selatan dengan APBD cuma Rp400 miliar, telah melesat tinggi berkat bupatinya lihai membetot bantuan demi bantuan dari Jepang, tempat Prof. Nurdin Abdullah, bupatinya, menimba dan membagi ilmu, dulu.

Di sebelah saya duduk Bupati Banjar, Kalimanten Selatan. Dia pernah ke sana dan gumun melihat rombongan penyambut tamu, lengkap dengan mobil bersirene serta kelengkapan penyambutan lainnya. Bukan untuk menyambut dia atau beberapa kepala daerah yang hadir ke sana. Iseng dia bertanya. Rupanya begitulah SOP (standard operational procedure) menyambut investor yang masuk, alih-alih 'tamu resmi' dengan 'jengkol' di dada kanan, lambang kepala daerah.

Begitulah 'adab yang benar' dan jangan malu Lampung menirunya. Walaupun ilustrasi ini cuma variabel kecil dari sederet tata cara tersenyum manis menyambut tamu berkantung tebal. 

Tabik puuunnn....

Heri Wardoyo
Wartawan Senior