Saya yakin Kapolres Way Kanan AKBP Budi Asrul Kurniawan bukan yang termasuk rajin membaca. Kalau rajin, dia pasti tahu Kapolri Jenderal Tito Karnavian adalah didikan seorang wartawan.

Ya, Achmad Saleh, ayah Kapolri Jenderal Tito Karnavian, dikenal sebagai wartawan yang penghasilannya untuk membiayai sekolah Tito hingga meraih jabatan tertinggi di kepolisian. Achmad Saleh, menggeluti dunia kewartawanan sejak awal 1960-an di RRI. Selanjutnya membidani pendirian koran Ekonomi Pembangunan, Pelita, dan koran Angkatan Bersenjata edisi Sriwijaya.

Ini bukan romantisme sejarah lantaran sang Kapolres mengucapkan kata-kata tak pantas ke jurnalis yang gelombangnya membuat para petinggi polisi di Lampung minta maaf. Buana jurnalis pun bergolak dan permintaan maaf dianggap basa-basi.

Saya juga yakin Sang Kapolres tidak tahu kesamaan wartawan dan polisi. Kedua profesi ini langsung bersentuhan dengan masyarakat dalam menegakkan amar makruf nahi mungkar (mengajak kebaikan dan mencegah kemungkaran).

Maka langkah terbaik untuk masalah ini, menurut saya, adalah dengan menariknya dari garis komando dan kembali ke bangku sekolah untuk belajar. Belajar bagaimana menghargai profesi apa pun yang legal di Republik ini. Belajar mengendalikan emosi karena polisi bukan untuk dibenturkan dengan wartawan.

Kalau kemudian gelombang aksi unjuk rasa merebak ke berbagai penjuru, bukan berarti wartawan lebay. Tapi ingin mengingatkan kembali polisi dan wartawan itu mitra. Mengingatkan kembali agar polisi on the track melihat profesi wartawan.

Tak ada profesi yang ingin dihina. Entah itu, polisi, dokter, insinyur, perawat, bidan, dan tentara. Semua punya kehormatan dan kode etik. Apalagi wartawan. Itu bukan pekerjaan, tapi profesi. Tak ada pensiunan wartawan. Itu profesi seumur hidup yang dibawa sampai mati.

Tabik puuunnnnn....

Amiruddin Sormin
Wartawan Utama