Geser ke atas
News Ekbis Sosok Halal Pelesir Olahraga Nasional Daerah Otomotif

Kanal

Kasus Penembakan, Presiden AS Trump Salahkan Video Game
Lampungpro.co, 19-Mar-2018

Lukman Hakim 1235

Share

#portalberitalampung #webberitalampung #portalberitanasional #beritalampungterkini #beritakulinerlampung #beritawisatalampung #portalberitawisata #portalberitawisatanasional #portalberitaasiangames #portalberitapendidikan #beritaolahragalampung #beritaolahraganasional #lampungproberitalampung #lampungprodotcom #beritapolitiklampung #webberitadaerah #webberitanasional

JAKARTA (Lampungpro.com): Maraknya kasus penembakan yang terjadi di Amerika Serikat baru-baru ini mendorong masyarakat Amerika Serikat, khususnya para orangtua korban, meminta kepada pemerintah untuk meninjau hukum pengawasan senjata api.

Tapi, ternyata Presiden Amerika Serikat, Donald Trump lebih memilih untuk melakukan pertemuan terkait efek buruk dari tindak kekerasan yang ada di video games, dibandingkan melakukan peningkatan hukum pengawasan senjata api pada tanggal 8 Maret 2018.

Trump membuka pertemuan ini dengan menunjukkan tindak kekerasan yang ada di video games seraya bertanya pada para staf, Ini bentuk kekerasan, kan? Saya sangat banyak mendengar bahwa tingkat kekerasan pada video games benar-benar sudah membentuk pola pikir anak muda, kata Trump.

Tapi banyak yang menyayangkan intervensi Trump pada video games ini, karena pada pertemuan ini sama sekali tidak mengundang peneliti independen. Saya sangat kaget bahwa tidak ada satu peneliti pun yang diundang pada diskusi ini, apakah itu kriminolog, psikolog ataupun pihak yang berkompeten lainnya dalam bidang itu, kata Profesor Psikologi Villanova University, Dr. Patrick Markey, seperti yang dilansir Teen Vogue, Sabtu (17/3/2018).

Dr. Whitney DeCamp, ilmuwan yang mempelajari tentang kekerasan pelajar di sekolah negeri juga menyatakan tidak merasa  tergerak dengan pertemuan yang diadakan oleh Gedung Putih. Tingkah laku yang menjurus pada kekerasan, menurut penelitian, lebih banyak dipengaruhi oleh kehidupan di rumah, apakah mereka memiliki kedekatan hubungan dengan orang tua mereka atau tidak. Apakah mereka mendengar atau melihat kekerasan pada lingkungan rumah atau tetangga mereka, atau apakah mereka pernah menjadi korban kekerasan itu sendiri, kata DeCamp, dilansir Halallife (grup Lampungpro.com).

Selama ini, kebanyakan ahli menyetujui bahwa tidak ada hubungan yang nyata antara kekerasan di video games dengan kekerasan di kehidupan nyata. Bahkan sebagian kecil peneliti meyakini bahwa video games dapat mengurangi tingkat kejahatan terkait kekerasan.

Daripada melakukan kekerasan di umum, di mana kamu akan mendapatkan balasan dari orang yang menerima tindak kekerasan, lebih baik kamu melakukannya dalam ruang keluarga kamu sendiri dengan memainkan Grand Theft Auto (GTA), kata Markey, salah seorang yang menggagas penelitian tentang pengaruh video ggames dapat mengurangi tindak kekerasan di kehidupan nyata.

Di sisi lain, penelitian terkait hubungan antara video games dengan tindak kekerasan pernah dilakukan pada tahun 2015 oleh Asosiasi Psikologi Amerika (APA). Penelitian itu menemukan bahwa ada hubungan antara kekerasan pada video games dengan peningkatan agresifitas para pemain. Tapi diakui oleh APA, bahwa bukti yang ada masih belum cukup untuk membuktikan keterhubungan video games dengan kekerasan yang merujuk pada kriminalitas ataupun kenakalan.

Para ilmuwan sudah melakukan penelitian pada penggunaan kekerasan pada video games selama lebih dari dua dekade hingga hari ini. Tapi memang penelitian yang mengkhususkan pada kekerasan pada video games menyebabkan orang untuk melakukan kekerasan kriminal sangat terbatas, kata Ketua APA, Mark Appelbaum.

Tapi, tiga tahun kemudian, kesimpulan APA ini berhasil dipatahkan dengan adanya penelitian yang dilakukan oleh ssebuah penelitian panjang dari Max Planck Institute dan University Clinic Hamburg-Eppendorf German, yang menemukan bahwa tidak ditemukan sama sekali hubungan antara kekerasan di video games dengan meningkatnya sifat agresif pada oarng dewasa. Penemuan terbaru dari penelitian terkait keterhubungan dua hal ini, menunjukkan hasil yang saling bertolak belakang, kata Peneliti Utama, Simone Kuhn.

Dalam penelitiannya, Kuhn membagi 77 partisipa menjadi 3 grup. Grup yang pertama, memainkan video games GTA setiap hari selama 2 bulan, grup kedua memainkan The Sims 3 untuk waktu yang sama dan grup terakhir sama sekali tidak memainkan video games.

Kuhn berharap penelitiannya ini akan memberikan perspektif terbaru dan lebih realistis secara ilmu pengetahuan. Dan kedepannya, dapat dilakukan penelitian yang melibatkan anak-anak sebagai partisipan. Kami tidak menemukan efek negatif apapun dalam kaitannya dengan memainkan permainan video games yang mengandung unsur kekerasan, kata Kuhn. (**/PRO2)

Berikan Komentar

Kopi Pahit

Artikel Lainnya
Lampung Dipimpin Mirza-Jihan: Selamat Bertugas, "Mulai dari...

Dukungan dan legacy yang besar, juga mengandung makna tanggung...

22737


Copyright ©2024 lampungproco. All rights reserved