BANDAR LAMPUNG (Lampungpro): Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Tulangbawang meminta Kamar Dagang Indonesia (Kadin) Provinsi Lampung mempertajam program link and match agar kurikulum sesuai dengan kebutuhan lapangan kerja. Lulusan SMK di Tulangbawang mencapai 1.300 siswa pertahun dan 30 ribu siswa se-Lampung per tahun.

"Sebernarnya daya serap lulusan SMK cukup tinggi, terutama untuk pekerja luar neger. Namun ada kendala psikologis. Banyak orang tua siswa takut anaknya bekerja di luar negeri. Mereka umumnya ingin anaknya bekerja di Lampung atau di dalam negeri. Ini yang membuat kami ingin terus berdialog dengan kalangan industri agar program link and macth bisa dipertajam," kata Ketua MKKS SMK Tulangbawang Eko Priyono, saat bertemu Ketua Kadin Lampung Ary Meizari Alfian, di Bandar Lampung, Senin (27/2/2017).

Pertemuan diikuti sejumlah pengurus Kadin Lampung seperti Romi Junanto Putra, Bernard Horas Simanjuntak, dan Amiruddin Sormin. Kemudian Bendahara MKKS SMK Tulangbawang Ponidi Sunaryo dan Dicky Hidayat dari Universitas Lampung.

Meski lama dicanangkan, program link and match di lapangan belum berjalan baik. Izin pendirian SMK, kata Eko Priyono, sering tidak menyesuaikan perkembangan kebutuhan industri dan lapangan kerja. Hal ini terjadi, karena komunikasi antara pengelola SMK dan kalangan industri timbul tenggelam. Akibatya, pengelola SMK cucuk cabut dalam membuat kurikulum karena meraba kebutuhan lapangan. Dia berharap Kadin Lampung dapat menjembati pemetaan kebutuhan lapangan kerja di Lampung.

Mengenai hal ini, Ary Meizari Alfian menilai, pemetaan kebutuhan memang mendesak dilakukan. "Pertumbuhan ekonomi Lampung terus membaik. Tahun ini kami prediksi 5,5%. Artinya, dibutuhkan sumber daya manusia yang sesuai untuk menunjang pertumbuhan itu. Belum lagi harus mengantisipasi Jalan Tol Trans Sumatera dan peningkatan Bandara Radin Intan II menjadi internasional. Ini akan membuka investasi di Lampung," kata Ary. (PRO1).