JAKARTA (Lampungpro.com): Gambut tropis di Indonesia merupakan ekosistem penyimpan karbon selama ribuan tahun. Sedikit saja kerusakan pada gambut akibat pembersihan dan pembakaran, karbon akan terlepas ke atmosfer menjadi karbondioksida (CO2).
Dalam jumlah besar, CO2 merupakan salah satu penyebab efek gas rumah kaca, contributor perubahan iklim global. Konsentrasi CO2 di atmosfer dari tahun ke tahun diperkirakan meningkat.
Berdasarkan penelitian Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) 2001, pada 1800 jumlah CO2 diperkirakan sekitar 280 ppm (parts per million). Tahun1999 melonjak menjadi 367 ppm. Semakin tinggi karbondioksida di atmosfer, semakin besar kemungkinan efek rumah kaca dan perubahan pola iklim.
Kepala Badan Restorasi Gambut (BRG) Nazir Foead mengatakan, gambut dan iklim memiliki hubungan yang erat. Jika lahan gambut dikeringkan, apalagi dibakar, karbon akan lepas ke atmosfer. Inilah yang membuat mitigasi perubahan iklim menjadi lebih berat, kata Nazir.
Jika gambut dikelola dengan baik, dengan terus dibasahi, besar kemungkinan emisi karbon akan berkurang. BRG, dibantu peneliti dari Center for International Forestry Research (Cifor), Universitas Gajah Mada (UGM) dan United Nation Development Programme (UNDP) sedang menghitung reduksi emisi karbon yang bisa dicapai dari kegiatan pembasahan gambut.
Namun sejauh ini belum diketahui berapa jumlah pasti karbon yang tersimpan di lahan gambut Indonesia. Hasil penelitian Rudiyanto dan tim yang dipublikasikan Jurnal Geoderma pada 2017, perhitungan perkiraan karbon di Indonesia kurang akurat akibat keterbatasan distribusi peta dan ketebalan gambut yang beragam.
Informasi kedalaman gambut bisa diperoleh lewat peta ketinggian permukaan bumi (DEM) dari foto Shuttle Radar Topography Mission (SRTM), informasi geografis, dan gambar dari satelit radar (dari Sentinel dan ALOS PALSAR). Menurut Rudiyanto, dari data itu diperoleh informasi kedalaman lahan gambut dengan resolusi 30 meter atau satu piksel, yang mewakili luasan 30 x 30 meter.
Ketebalan gambut dihitung dengan pengeboran di lapangan sampai kedalaman 30 sentimeter. Tahun 2015, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan melakukan penelitian kedalaman gambut. Cara lain adalah dengan mengukur berat massa tanah per satuan volume tertentu (g/cm3). Dari pengukuran ini diperoleh perkiraan cadangan karbon di lokasi gambut.
#Penelitian kami di Pulau Bengkalis, Provinsi Riau dengan perhitungan luas wilayah 50.000 hektare menggunakan metode ini menunjukkan akurasi data 98 persen. Dengan kesalahan relatif hanya lima persen. Metode ini bisa menjadi salah satu cara memetakan lahan gambut skala nasional, kata Rudiyanto.
Berikan Komentar
Kawan, jangan lupakan jalan pulang: jalan rakyat yang dulu...
3786
Kominfo Lampung
416
Kominfo Lampung
402
Lampung Selatan
468
352
01-Jul-2025
261
01-Jul-2025
Universitas Lampung
Universitas Malahayati
Politeknik Negeri Lampung
IIB Darmajaya
Universitas Teknokrat Indonesia
Umitra Lampung
RSUDAM Provinsi Lampung
TDM Honda Lampung
Bank Lampung
DPRD Provinsi Lampung
DPRD Kota Bandar Lampung
DPRD Kota Metro
Pemrov Lampung
Pemkot Bandar Lampung
Pemkab Lampung Selatan
Pemkab Pesisir Barat
Pemkab Pesawaran
Pemkab Lampung Tengah
Pemkot Kota Metro
Pemkab Mesuji
Pemkab Tulangbawang Barat
Suaradotcom
Klikpositif
Siberindo
Goindonesia