Geser ke atas
News Ekbis Sosok Halal Pelesir Olahraga Nasional Daerah Otomotif

Kanal

Rektor Universitas Teknokrat Indonesia Nasrullah Yusuf Jadi Pengantar Pembukaan FGD Nasional
Lampungpro.co, 25-Jul-2020

Heflan Rekanza 1924

Share

Wakil Ketua Forum Rektor Indonesia (FRI) juga Rektor Universitas Teknokrat Indonesia Dr. HM. Nasrullah Yusuf, SE, MBA, menjadi pengatar dalam Fokus Diskusi Kelompok (FGD) Nasional secara virtual, yang berlangsung, Jumat (24/7/2020) | Ist

BANDAR LAMPUNG (Lampungpro.co) : Universitas Teknokrat Indonesia sebagai perguruan tinggi swasta (PTS) terbaik di Provinsi Lampung, bangga karena Rektor Universitas Teknokrat Indonesia menjadi pengantar dalam  Forum Diskusi Nasional. Wakil Ketua Forum Rektor Indonesia (FRI) juga Rektor Universitas Teknokrat Indonesia Dr. HM. Nasrullah Yusuf, SE, MBA, menjadi pengatar dalam Fokus Diskusi Kelompok (FGD) Nasional secara virtual, yang berlangsung, Jumat (24/7/2020).

Sebelum Diskusi dimulai, ada pengantar dari Ketua Aliansi Kebangsaan Pontjo Soetowo, Wakil Ketua FRI/Rektor Universitas Teknokrat Indonesia Dr. HM. Nasrullah Yusuf, SE, MBA. Ketua Umum AIPI Dr. Alfitra Salam, APU. Wakil Forum Rektor Indonesia (FRI) Dr. HM. Nasrullah Yusuf, SE, MBA, mewakili Ketua FRI Prof. Dr. Arief Satria, mengatakan, masalah demokrasi tidak lepas dari peran partai politik. Ini terjadi sejak masa pemerintahan Presiden RI Soekarno. 

"Di masa Presiden Soekarno dengan pemerintahan parlementer dan pancaroba dengan jargon Nasakom dan lain-lain, sudah bicara lebih jauh. Bukan saja reformasi tapi refolusi, sehingga waktu itu Soekarno dijuluki Panglima Besar Refolusi untuk menuju pemerintahan yang lebih baik," ucap Nashrullah.

Di masa pemerintahan presiden pertama ini ada 10 partai politik. Pada masa Soeharto juga ada 10 partai, kemudian diperkecil menjadi tiga partai politik. Menurut Nasrullah Yusuf, "demokrasi merubah partai politik kita, masa Presiden Soeharto yang dikenal pemerintahan Orde Baru. Dari proses pemerintahan orde baru terjadi krisis ekonomi sehingga terjadi gerakan tahun 1998 disebut orde reformasi. Sehingga muncullah partai politik yang cukup banyak," ungkapnya.

Reformasi yang diharapkan bisa membawa perbaikan, politik, ekonomi, pembangunan dan kesejahteraan bagi masyarakat yang adil makmur, lanjut Nasrullah Yusuf, ternyata tidak seperti yang diharapkan. Bahwa reformasi sudah salah kaprah. Ini pembicaraan kaki lima atau kenyinyiran, Reformasi membuka peluang KKN merajalela, reformasi membuat rakyat hidup semakin susah.

Reformasi juga memunculkan biaya politik tinggi atau demokrasi sangat mahal, biaya politik tinggi ini tidak mungkin dibiayai oleh kader partai atau patriot-patriot. Sehingga perlu bantuan para komlomerasi, karena biaya politik tinggi baik dalam pemilu, pemilihan Kepala Daerah maupun Presiden, komlomerasi turut membantu.

Sementara Ketua Aliansi Kebangsaan Pontjo Soetowo menyoroti bahwa indek partai politik masih rendah. Sehingga dengan FGD ini dapat memberi masukan berpolitik yang berpancasilais dan beragama yang sudah disepakati bersama.(RLS/PRO2)

Berikan Komentar

Kopi Pahit

Artikel Lainnya
TPA Sampah Bakung Disegel, Pemkot Bandar Lampung...

Pemkot Bandar Lampung tak perlu cari TPA baru sebagai...

513


Copyright ©2024 lampungproco. All rights reserved