JAKARTA (Lampungpro.com) : Juru bicara Badan Intelijen Negara (BIN) Wawan Purwanto menegaskan bahwa tidak ada masjid yang radikal. Kategori radikalisme kata Wawan, dilihat dari konten yang dibawakan penceramah di masjid tersebut. "Jadi, konten ceramahnya yang kita utamakan. Kalau masjidnya sih enggak ada yang radikal, tapi penceramahnya," kata dia.
Pernyataan Wawan tersebut menyikapi pemberitaan media tentang temuan 41 masjid di lingkungan pemerintah yang terpapar radikalisme. Temuan ini merupakan hasil survei oleh Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M) Nahdlatul Ulama, yang diungkapkan oleh Staf Khusus Kepala BIN Arief Tugiman, dalam diskusi Peran Ormas Islam dalam NKRI di Kantor Lembaga Persahabatan Ormas Islam (LPOI), di Jakarta beberapa waktu lalu.
Arief mengatakan terdapat tiga kategori tingkat paparan radikalisme dari 41 masjid tersebut. Pada kategori rendah ada tujuh masjid, 17 masjid masuk kategori sedang dan 17 masjid masuk kategori tinggi. Menurut Wawan hasil survei tersebut kemudian dipelajari oleh BIN sebagai early warning, dan ditindaklanjuti dengan pendalaman dan penelitian lanjutan oleh BIN.
Wawan mendorong penceramah untuk menyampaikan isi ceramah yang sejuk dan BIN akan melakukan pemberdayaan kepada para da'i untuk dapat memberikan ceramah yang mengkonter paham radikal. BIN dalam hal ini berkoordinasi dengan Kementerian Agama, MUI dan lembaga terkait. "Semua saling berkoordinasi supaya ada perubahan-perubahan signifikan agar hal ini tidak berkelanjutan," kata dia.
Menurutnya, keberadaan masjid di lingkungan pemerintah seharusnya steril dari hal-hal yang berbau radikal. Hal tersebut merupakan salah satu upaya BIN menjaga persatuan di Indonesia. Saat ini, BIN sedang melakukan literasi kepada masyarakat agar tidak terjadi kesalahpahaman, sehingga keamanan dan ketertiban negara tetap terjaga dengan baik.
Pernyataan BIN itu kemudian ditanggapi oleh Wakil Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia (DMI) Syafruddin. Mantan Wakapolri itu mengatakan, radikalisme sejatinya berasal dari para individu atau kelompok yang membawa. Ia bahkan berani menjamin bahwa tidak ada unsur-unsur radikalisme yang bersemayam di masjid.
Syafruddin meyakini bahwa Badan Intelijen Negara (BIN), yang mengumumkan temuan ada radikalisme di sejumlah masjid di lingkungan kementerian, lembaga, dan BUMN, merujuk pada individu belaka. "Bukan itu yang dimaksud BIN, maksudnya itu orang-orang, bukan masjid. Itu bahasanya saja," imbuhnya.
Merespons agar isu radikalisme tersebut tak meliar. Syafruddin mengatakan bahwa masjid-masjid perlu disibukkan dengan kegiatan positif. Dengan demikian, fungsi masjid akan terpenuhi dengan sendirinya dan masjid tetap terjaga kesuciannya.(**/PRO4)
Berikan Komentar
Saya yakin kekalahan Arinal bersama 10 bupati/walikota di Lampung...
1523
Universitas Lampung
Universitas Malahayati
Politeknik Negeri Lampung
IIB Darmajaya
Universitas Teknokrat Indonesia
Umitra Lampung
RSUDAM Provinsi Lampung
TDM Honda Lampung
Bank Lampung
DPRD Provinsi Lampung
DPRD Kota Bandar Lampung
DPRD Kota Metro
Pemrov Lampung
Pemkot Bandar Lampung
Pemkab Lampung Selatan
Pemkab Pesisir Barat
Pemkab Pesawaran
Pemkab Lampung Tengah
Pemkot Kota Metro
Pemkab Mesuji
Pemkab Tulangbawang Barat
Suaradotcom
Klikpositif
Siberindo
Goindonesia