BANDAR LAMPUNG (Lampungpro.co): Pasca pembubaran acara nonton bareng film Kucumbu Tubuh Indahku, oleh organisasi kemasyarakatan (Ormas) Front Pembela Islam (FPI) yang digelar Klub Nonton Lampung di kantor Dewan Kesenian Lampung (DKL, di PKOR, Way Halim, Bandar Lampung, Selasa (12/11/2019) sore.
Head of Public Relation Klub Nonton Lampung Fery menyebutkan hal tersebut sebagai bukti telah menciderai kebebasan seni dan pikiran. Ia menyebut Ormas FPI belum pernah nonton film karya Garin Nugroho yang telah banyak mendapatkan penghargaan dunia. Termasuk pernah masuk ke dalam nominasi Academy Awards Oscar 2020.
"Acaranya special screening film Kucumbu Tubuh Indahku. Jadi mereka (FPI) menganggap kalau film itu merusak etika dan moral. Ketika ditanya pihak FPI mengaku belum pernah menonton filmnya," sebut Fery saat dihubungi Lampungpro.co, Rabu (13/11/2019).
Fery juga menganggap pembubaran acara ini sebagai bukti bahwa adanya penghakiman massal, hal ini juga telah menciderai dan membelenggu kebebasan karya seni dan pikiran. Fery menyebut acara ini diadakan dengan niat dan tujuan bahwa masyarakat Lampung, khususnya penikmat film dan sineas film dapat mengapresiasi sekaligus menjadi motivasi.
"Setahu kami untuk acara gelaran di dalam ruangan, khususnya di gedung DKL tidak memerlukan izin. Karena kami juga menayangkan film setiap bulannya secara rutin. Itu tidak perlu izin," ujar Fery.
Fery menjelaskan hampir setiap bulannya Klub Nonton Lampung memutarkan film-film terbaik di bioskop alternatif. Dengan tujuan memberi wawasan atau literasi film kepada masyarakat. Khususnya penikmat dan penggiat film.
Saat ditanya terkait isi film yang mengarah pada lesbi, gay, bisex, dan transgender (LGBT), Fery menepisnya dugaan tersebut dan menceritakan film ini dipilih untuk acara nobar Klub Nonton Lampung karena mengandung nilai sosial budaya yang cukup menarik untuk diketahui.
"Menurut saya ini tidak ada kaitannya dengan LGBT. Kalau dari sudut pandang perspektif umum secara karya, film ini memang menyinggung mengenai Penari Lengger di Jawa yang penari laki-lakinya menggunakan baju tari perempuan. Itu merupakan budaya. Jadi ini sama sekali bukan film yang sesat, tetapi isu yang sensitif dan perlu diluruskan dengan menonton filmnya," jawab Fery.
Dalam pernyataan yang dirilis secara resmi pihak Klub Nonton Film Lampung, menyampaikan permohonan maaf kepada seluruh penikmat film yang sudah antusias untuk menyaksikan pemutaran film yang telah mengharumkan nama bangsa Indonesia di kancah Internasional. (FEBRI/PRO2)
Berikan Komentar
Kominfo Lampung
708
Bandar Lampung
517
Bandar Lampung
496
Bandar Lampung
503
708
01-Jul-2025
517
01-Jul-2025
Universitas Lampung
Universitas Malahayati
Politeknik Negeri Lampung
IIB Darmajaya
Universitas Teknokrat Indonesia
Umitra Lampung
RSUDAM Provinsi Lampung
TDM Honda Lampung
Bank Lampung
DPRD Provinsi Lampung
DPRD Kota Bandar Lampung
DPRD Kota Metro
Pemrov Lampung
Pemkot Bandar Lampung
Pemkab Lampung Selatan
Pemkab Pesisir Barat
Pemkab Pesawaran
Pemkab Lampung Tengah
Pemkot Kota Metro
Pemkab Mesuji
Pemkab Tulangbawang Barat
Suaradotcom
Klikpositif
Siberindo
Goindonesia