Penyandang Tunanetra Saat Melapor ke Polresta Bandar Lampung | Lampungpro.co/Suara.com

BANDAR LAMPUNG (Lampungpro.co): Lima penyandang tunanetra di Bandar Lampung, melaporkan PT. Pesona Arta Zilpara ke Mapolresta Bandar Lampung, Rabu (9/2/2022). Mereka merasa ditipu terkait pembelian  tanah kavling di daerah Pal Putih, Karang Anyar, Jati Agung, Lampung Selatan.

Kuasa Hukum dari Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Bandar Lampung, Sapto Aji Prabowo mengatakan, pihaknya mendampingi korban untuk membuat laporan dugaan penipuan dan penggelapan. Kasus dugaan penipuan berawal tahun 2021, para penyandang tunanetra ini mendapat tawaran untuk membeli tanah kavling.

"Mereka ini menjadi korban penipuan, awalnya mereka beli tanah kaplingan. Setelah DP dibayar dan angsuran berjalan tiga bulan, ternyata tanah kavling itu bermasalah," kata Sapto Aji Prabowo dilansir Suara.com (jaringan media Lampungpro.co).

Dari LBH Bandar Lampung bersama lima tunanetra, telah melakukan upaya, hingga melaporkan kasus dugaan penipuan ke Mapolresta Bandar Lampung. "Janjinya uang DP dan angsuran akan dibayar, namun hingga kini tidak ada itikad baik dari pihak PT Pesona Arta Zilpara," ujar Sapto Aji.

Sementara itu, Ade Yusia, mewakili rekannya mengungkapkan, mereka awalnya membeli tanah kavlingan dari marketing PT Pesona Arta Zilpari, dengan DP Rp3 juta. "Angsuran Rp800 ribuan selama 60 bulan, ini sudah tiga bulan, katanya tanah kavlingan itu bermasalah atau sengketa," jelas Ade Yusia.

Terpisah, pihak PT Pesona Artha Zilvara M. Arif Arifin menjelaskan, pihaknya tidak lepas tanggung jawab, berjanji akan mengembalikan uang tersebut. Disisi lain, pihak perusahaan sudah menghubungi konsumennya.

"Kami akan selesaikan secara kekeluargaan, saat ini saya masih jual aset buat bayar kepada konsumen. Namun belum memiliki cukup uang, maka belum dibayar kepada konsumen yang bersangkutan," jelas M. Arif Arifin.

Ia menilai, dalam masalah ini ada yang dikompor-komporin. PT. Pesona Artha Zilvara meminta para konsumen agar bersabar, sebab hingga kini masih dilakukan upaya pengembalian. (***)

Editor : Febri Arianto

Kontributor : Ahmad Amri