Geser ke atas
News Ekbis Sosok Halal Pelesir Olahraga Nasional Daerah Otomotif

Kanal

Indonesia Siap Jadi Pemain Utama Industri Halal di Kancah Global
Lampungpro.co, 04-May-2018

1207

Share

industri halal global, industri halal, gaya hidup halal, sapta nirwandar

JAKARTA (Lampungpro.com): Potensi bisnis industri halal di dunia semakin besar. Permintaan produk halal kian meningkat seiring bertambahnya waktu dan populasi muslim.

Saat ini tercatat ada sekitar 1,82 miliar muslim di dunia. Pada tahun 2025 diproyeksikan penduduk muslim akan mencapai 2,7 miliar atau mencakup 30 persen dari penduduk dunia.

Menurut Global Islamic Economy Report pada 2016/2017, nilai belanja makanan dan gaya hidup muslim di sektor halal dunia mencapai US$ 1,9 triliun. Atau Rp 26,527 kuadriliun pada 2015, dan diperkirakan akan naik menjadi US$ 3 triliun atau setara Rp 41,885 kuadriliun pada 2021.

Global Islamic Economy Report 2016/2017 menempatkan Malaysia, United Arab Emirates dan Bahrain secara berurutan di peringkat teratas. Yaitu sebagai negara yang paling berkembang dalam industri halal di dunia.

Malaysia menempati peringkat pertama karena kinerjanya yang kuat di sektor keuangan Islam dengan jumlah aset yang besar. Kemudian pemerintahan yang maju dan memberikan dukungan penuh, serta memiliki nilai kesadaran tertinggi.

Banyak ahli meyakini, faktor yang mempengaruhi pesatnya perkembangan industri halal yaitu lantaran Islam sebagai agama terbesar kedua di dunia dan juga semakin banyak umat Muslim yang taat melaksanakan ibadah.

Selain itu soal adanya larangan dan adat penyajian daging yang menekankan kesucian dan nilai kehidupan. Hal ini dianggap menarik bahkan bagi non-Muslim. Makanya tak heran industri halal saat ini sedang mendapatkan daya tarik di Eropa, Amerika Utara serta Asia Tenggara, khususnya Indonesia.

Indonesia semestinya sangat layak menjadi hotspot bisnis halal dunia. Apalagi ditunjang dengan populasi yang meningkat serta negeri yang kaya dengan berbagai potensi sumber daya alam.

Selain sebagai salah satu negara terpadat di dunia dengan jumlah penduduk lebih dari 265,4 juta jiwa pada 2018, Indonesia juga memiliki jumlah umat Muslim tertinggi di dunia. Terdapat lebih dari 87 persen umat Muslim, dari total penduduk di Indonesia.

Ditambah lagi dengan dukungan dari perkembangan ekonomi yang pesat dan standarisasi dari proses sertifikasi. Kekuatan ini bisa menjadikan Indonesia sebagai pemain utama di kancah nasional dan internasional khususnya di bidang industri halal.

Menurut Chairman Indonesia Halal Lifestyle Center (IHLC) Sapta Nirwandar, saat ini terdapat 10 potensi bisnis halal yang semakin berkembang di Indonesia. Yaitu sektor makanan, pendidikan, fesyen, kosmetik, farmasi, media dan rekreasi, travel, seni budaya, perawatan kesehatan hingga industri keuangan syariah.

Pada 2016, warga Muslim Indonesia membelanjakan US$ 170 miliar untuk makanan dan minuman. US$ 57 miliar belanja kosmetik, US$ 254 miliar untuk belanja pakaian, US$ 168 miliar untuk pariwisata dan aset lembaga keuangan mencapai US$ 2.202 miliar. Dengan capaian itu tak heran Indonesia menempati urutan 11 pada Indikator Global Ekonomi Islam (GIEI-2017).

Meskipun demikian, Sapta mengatakan Indonesia baru sebatas pasar dan belum menjadi pelaku. Padahal, Indonesia sebenarnya sangat mampu untuk memproduksi produk-produk halal yang dapat dikonsumsi di dalam negeri maupun diekspor.

"Industri halal global malah dirajai oleh sejumlah negara yang bukan negara dengan persentase penduduk muslim yang besar. Industri makanan halal global, misalnya dirajai oleh Thailand yang hanya memiliki persentase penduduk muslim sebesar lima persen," kata Sapta di sela acara penandatanganan kontrak dengan Dinar Standard di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Kamis (3/5/2018).

Sebagai informasi, Dinar Standard adalah publisher Global Islamic Economy Report yang berkedudukan di Dubai dan New York. IHLC bekerja sama dengan Dinar Standard dan Thomson Reuters melakukan riset tentang Industri Halal di Indonesia dan multiplier effects yang dihasilkannya. Hasil riset tersebut akan diterbitkan menjadi sebuah laporan bertajuk Indonesia Islamic Economy Report 2018.

IHLC juga mengharapkan dukungan penuh Pemerintah dalam hal mengembangkan industri halal di Indonesia. Agar industri ini makin bekembang secara terarah dan konsisten, IHLC juga tengah membuat semacam peta jalan (roadmap) industri halal. Ini sangat diperlukan sebagai wujud keseriusan untuk mewujudkan Indonesia sebagai pemain pasar halal dunia.

"Adanya roadmap industri halal diharapkan tujuan dan rencana perkembangan industri halal di Indonesia semakin lebih terarah. Pemerintah harus melakukan langkah cepat dalam membuat roadmap industri halal," kata Sapta menambahkan.

Pendiri dan CEO Dinar Standard, Rafi'uddin Shikoh merasa sangat antusias bekerja sama dengan IHLC dalam menerbitkan Indonesia Islamic Economy Report 2018. "Upaya ini akan menjadi langkah awal terobosan yang akan menjadikan Indonesia sebagai negara yang menjadi role model industri halal di pasar global," kata Rafi'uddin.

Sebelum di Dinar Standard, Rafi'uddin pernah menjadi Wakil Presiden di Marsh Inc. Sebuah perusahaan pialang global di mana ia memimpin dan berhasil membentuk manajemen multi-juta dolar dan juga inisiatif marketing berbasis teknologi. Dia sebelumnya pernah menjabat sebagai Konsultan e-Business Senior di sebuah firma yang berbasis di Boston. Rafi'uddin memiliki gelar MBA dari UNC-Charlotte, North Carolina, dan BSc. dalam Pemasaran dari Southwest State, Minnesota, USA.

Berikan Komentar

Kopi Pahit

Artikel Lainnya
Kenangan dan Kepergian

Bang Amiruddin Sormin namaya. Dari situlah, awal perkenalan kami,...

23307


Copyright ©2024 lampungproco. All rights reserved