LAMPUNG TIMUR (Lampungpro.com): Penambang pasir, baik yang dilakukan pengusaha maupun buruhnya di Kecamatan Labuhanmaringgai, Lampung Timur, mulai gelisah dan berniat akan melakukan unjuk rasa di Pemkab Lampung Timur. Hal itu dikatakan seorang penambang pasir Soni Suroso, bersama ratusan buruh pasir lainnya, saat berkumpul di Desa Sriminosari, Kecamatan Labuhanmaringgai, Minggu (29/10/2017). Menurut Suroso, sebanyak 700-an kuli pasir mengganggur total akibat operasi yang dilakukan polisi terus menerus.

Menurut dia, seharusnya Bupati dan Wakil Rakyat Lampung Timur yang merupakan pejabat politik, harus memberikan solusi secepatnya agar tidak berlarut larut. Ini persoalan ekononi rakyat kecil, kalau seperti ini pemerintah tutup mata, tutup telinga atas keluhan masyarakat, kata Suroso.

Jika memang diklaim pasir yang ada di Labuhanmaringgai merupakan pasir ilegal, seharusnya yang ditangkap tidak cuma penambang (kuli) dan menyita peralatan, melainkan penadah pasir ilegal harus diproses juga. Menurut Suroso, jika memang tambang pasir ditutup permanen dengan dalih tambang tanpa izin, pemerintah juga harus menyikapi tambang batu di Lampung Timur. Tidak menutup kemungkinan tambang batu juga tidak memiliki izin, kata Suroso.

Sementara itu, penambang pasir Agus, mengatakan akibat ditutupnya tambang pasir akan berdambak pada pembangunan lokal. Baik bangunan milik warga maupun milik pemerintah yang menggunakan pasir lokal. Sehingga, banyak masyarakat yang memesan pasir, tapi tidak bisa terlayani karena tambang pasir terus dilakukan razia oleh Polres Lampung Timur. Dampaknya banyak pengangguran, pasir susah dan bisa berdampak pada tersendatnya pembangunan, kata Agus. (SUSANTO/PRO2)