Tembok paling kokoh di negeri ini tentu saja milik Lembaga Pemasyarakatan (Lapas). Dibangun dengan keringat rakyat. Tak cukup selapis, dibuat berlapis, agar pengamanan warga yang divonis bersalah tak lepas.

Tak mudah memasuki tembok tebal dan kokoh itu. Ini ruang isolasi dari dunia luar agar yang masuk bisa keluar bisa kembali bermasyarakat dengan baik, makanya disebut Lembaga Pemasyarakatan. Izin masuknya berlapis.

Bagi pewarta seperti saya, jika tak cincai dengan Kepala Pengamanan Lapas, sebagai orang kedua di 'tembok derita' itu, jangan berharap bisa masuk. Begitulah kesan yang disematkan, agar jangan ada yang bercita-cita menginap di 'hotel prodeo' itu.

Belakangan, keamanan berlapis itu justru berbuah manis bagi sejumlah oknum yang tergiur mengedarkan narkoba. Meski berulangkali pewarta menyiarkan kalimat 'peredaran narkoba dikendalikan dari lapas', dengan entengnya dibantah dengan peluru 'hoax'.

Tapi Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Provinsi Lampung, mengklarifikasi hoax itu dengan menetapkan Kepala Lapas Kalianda Muchlis Adjie, Kamis (24/5/2018), sebagai tersangka kasus peredaran narkoba di lapas. Tak hanya itu, dalam penggerebekan BNNP Lampung bahkan menembak mati satu bandar dan dua polisi serta menahan satu sipir yang diduga terlibat peredaran.

Langkah berani BNNP Lampung merobohkan angkernya tembok lapas, harus berefek domino ke seluruh lapas yang ada di negeri ini, agar jangan selalu dibantah dengan kata hoax. Jika tidak, upaya itu dianggap hanya terjadi di Lapas Kalianda. Hukuman berat juga harus diberikan karena yang terlibat adalah aparat hukum yang mengerti hukum dan bukan korban.

Tabik puuunnn....

Amiruddin Sormin
Wartawan Utama