BOGOR (Lampungpro.com): Global Envirotment Facility (GEF) memberikan hibah sebesar 9 juta dolar AS kepada Pemerintah Indonesia melalui melalui Ditjen KSDEA Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk proyek pemulihan populasi harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae).
"Proyek ini untuk pengelolaan kawasan konservasi, Pemerintah Indonesia menggandeng UNDP yang didukung pendanaan hibah GEF senilai 9 juta dolar AS ," kata Sekretaris Jenderal KSDAE, Heri Subastiandi, dalam rapat awal proyek Transforming Effectiveness of Biodiversity Conservation in Sumatran Priority Landscape, di Sentul, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Senin (27/2/2017).
Heri menjelaskan, Pemerintah Indonesia bekerja sama dengan UNDP merancang dan melaksanakan proyek Transforming Effectiveness of Biodiversity Conservation in Sumatran Priority Landscape yang berlangsung selama lima tahun. Proyek itu diimplementasikan di kawasan konservasi yang merupakan lanskap prioritas Sumatera. Membentang dari Taman Nasional Gunung Leuser, Taman Nasional Kerinci Seblat, Taman Nasional Berbak-Semilang, dan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan.
"Tujuan proyek ini untuk meningkatkan konservasi keanekaragaman hayati di lanskap Sumatera melalui teknis terbaik pengelolaan kawasan konservasi dan kawasan non konservasi dengan pemulihan populasi harimau Sumetara sebagai indikator," kata dia.
Ia mengatakan, harimau Sumatera salah satu sup-spesian harimau yang tersisa di Indonesia, setelah punahnya harimau Jawa (Panthera tigris sondaica) tahun 1980 dan harimau Bali (Panthera tigris balica) tahun 1940-an. Data paling umum digunakan sebagai perkiraan jumlah harimau Sumatera saat ini adalah sekitar 400-500 individu, seperti yang dirangkum dalam dokumen Sumatran Tiger Action Plan tahun 1994. "Pendapat para ahli, saat ini, ada 23 kawasan yang tersisa yang masih memiliki harimau di alam, membentang dari utara hingga selatan Pulau Sumatera," kata dia.
Namun, bila dibandingkan dengan kondisi 10 tahun sebelumnya, bentang alam yang masih dihuni harimau ada di 29 lokasi. Hal ini menjunjukkan adanya penurunan cukup signifikan. "Bila tidak dilakukan antisipasi serius, dikhawatirkan Indonesia bisa kehilangan sejumlah jenis harimau di alam," kata Heri.
Proyek ini diharapkan dapat memperkuat kapasitas pengelolaan kawasan konservasi secara adaptif pada tingkat pusat dan daerah. Menurut dia, yang menjadi kendala utama selama ini, konservasi sumber daya alam di Sumatera adalah lemahnya tata pengelolaan sumber daya alam dan kapasitas pengelolaan kawasan konservasi.
Kemudian, buruknya koordinasi lintas sektor, serta tidak memadainya pengelolaan dan pendanaan kawasan konservasi. "Proyek ini untuk mengatasi kendala-kendala kelembagaan, tata kelola dan pendanaan dalam pengelolaan konservasi keanekaragaman hayati," kata Heri. (*/ANT/PRO2)
Berikan Komentar
Pemkot Bandar Lampung tak perlu cari TPA baru sebagai...
317
Lampung Selatan
25515
Humaniora
3355
Universitas Lampung
Universitas Malahayati
Politeknik Negeri Lampung
IIB Darmajaya
Universitas Teknokrat Indonesia
Umitra Lampung
RSUDAM Provinsi Lampung
TDM Honda Lampung
Bank Lampung
DPRD Provinsi Lampung
DPRD Kota Bandar Lampung
DPRD Kota Metro
Pemrov Lampung
Pemkot Bandar Lampung
Pemkab Lampung Selatan
Pemkab Pesisir Barat
Pemkab Pesawaran
Pemkab Lampung Tengah
Pemkot Kota Metro
Pemkab Mesuji
Pemkab Tulangbawang Barat
Suaradotcom
Klikpositif
Siberindo
Goindonesia