Dalam proses pengambilan keputusan, terjadi berbagai gejolak emosi merupakan proses interaksi yang amat menarik di otak. Tentu ada risiko baik dan buruk, namun yang lebih penting dari itu adalah ke mana kepemimpinan itu bermuara. Pada akhirnya kepemimpinan adalah bentuk pertanggung jawaban dunia dan akhirat.
"Untuk itu seorang pemimpin memerlukan pengalaman yang panjang dan pengetahuan yang luas. Semakin panjang pengalamannya dan semakin luas pengetahuannya, maka semakin mampu ia mengaitkan dan menghubungkan saraf-saraf otak dan batinnya untuk menyatu dalam mengambil keputusan. Sehingga keputusannya pun menjadi akurat," ujar Prof. Taruna.
Jadi, seorang pemimpin berbasis NeuroLeadership diharapkan mampu menemukan harapan rakyat, bukan yang menakut-nakuti rakyat dengan berbagai ancaman. Semakin besar harapan yang ditumbuhkan akan membuat kepemimpinannya berlaku efektif. Walau memang terkadang banyak sekali godaan untuk menebar ancaman yang secara neurosains sangat kuat di otak.
"Neuroleadership adalah paradigma baru. Dari situ muncul pendekatan baru yang dapat melihat perilaku manusia berdasarkan struktur otaknya, bahkan untuk melihat kecenderungan politik seseorang berdasarkan karakter dasar partai atau calon yang dipilih," terangnya.
Berikan Komentar
Dukungan dan legacy yang besar, juga mengandung makna tanggung...
24703
Bandar Lampung
6763
215
21-Apr-2025
324
21-Apr-2025
239
21-Apr-2025
Universitas Lampung
Universitas Malahayati
Politeknik Negeri Lampung
IIB Darmajaya
Universitas Teknokrat Indonesia
Umitra Lampung
RSUDAM Provinsi Lampung
TDM Honda Lampung
Bank Lampung
DPRD Provinsi Lampung
DPRD Kota Bandar Lampung
DPRD Kota Metro
Pemrov Lampung
Pemkot Bandar Lampung
Pemkab Lampung Selatan
Pemkab Pesisir Barat
Pemkab Pesawaran
Pemkab Lampung Tengah
Pemkot Kota Metro
Pemkab Mesuji
Pemkab Tulangbawang Barat
Suaradotcom
Klikpositif
Siberindo
Goindonesia