Geser ke atas
News Ekbis Sosok Halal Pelesir Olahraga Nasional Daerah Otomotif

Kanal

Raja Salman Terpikat Bisnis Homestay di Indonesia
Lampungpro.co, 27-Feb-2017

1183

Share

JAKARTA (Lampro) - Selain menguatkan hubungan kedua negara di bidang politik, kunjungan Raja Arab Saudi Salman bin Abdul Aziz juga menjajaki investasi yang menarik di Indonesia. Salah satu yang dibidik adalah investasi di bidang baru yang belum tergarap secara maksimal, seperti rumah murah, termasuk homestay, desa wisata untuk menunjang pariwisata.

Niatan membangun homestay tadi rupanya nyambung dengan program prioritas Kemenpar di 2017. Selain konektivitas udara dan Go Digital, adalah membangun homestay desa wisata. Terutama di destinasi wisata, yang triwulan I tahun 2017 ini sudah ditargetkan ribuan homestay terbangun. Targetnya, 100.000 homestay hingga 2019.

Ke-10 Bali Baru itu antara lain Danau Toba (Sumut), Tanjung Kelayang (Belitung), Tanjung Lesung (Banten), Kep Seribu Dan Kota Tua (Jakarta), Borobudur (Joglosemar), Bromo Tengger Semeru (Jawa Timur), Mandalika (Lombok NTB), Labuan Bajo (NTB), Wakatobi (Sultra) dan Morotai (Maltara).

"Itulah quickwin homestay desa wisata yang menjadi salah satu faktor penting dalam pengembangan destinasi pariwisata. Jika 10.000 homestay itu dipecah di 10 Bali Baru itu, maka satu titik kebagian 1.000 unit," ujar Hiram.

Khusus calon investor Arab Saudi, homestay di wilayah NTB sangat cocok. Di kawasan wisata ini, terdapat dua destinasi yang sangat oke buntuk pengembangan homestay. Pertama, Mandalika satunya lagi Desa Sembalun yang baru saja memenangkan gelar best destination honeymoon di World Halal Tourism Award 2016 di Abu Dhabi, UEA. "Di wilayah sini budaya Timur Tengah sudah tidak asing lagi, bahkan sudah familiar. Para investor dari Arab Saudi juga bisa memasukkan unsur-unsur budaya Arab yang dipadukan dengan Nusantara untuk ornamen atau bisnis kulinernya," papar Hiram.

Niatan raja Salman tadi disambut baik oleh Menpar Arief Yahya. Menteri asal Banyuwangi itu mengungkapkan kawasan 10 destinasi prioritas dan Lombok punya opportunity tinggi untuk dikembangkan. Awalnya kawasan tersebut jarang disentuh pembangunan, tetapi kini bisa disulap menjadi kawasan yang mendatangkan income tinggi.

Biayanya? Tdak terlalu mahal karena bisa menggunakan sharing economy. "Simpel. Ciptakan attractions, access, dan accommodations yang terjangkau dengan memanfaatkan kelebihan kapasitas yang ada. Cost-nya pasti murah karena harga penyewaan homestay sangat terjangkau dan pengelolaannya bisa dilakukan secara mandiri oleh masyarakat," ucapnya.

Pemasarannya? Sekarang Kementerian Pariwisata sudah mengusung konsep Go Digital. Ada Indonesia Tourism Exchange (ITX) yang dimanfaatkan untuk memasarkan potensi pariwisata melalui digital. Dengan inisiatif seperti itu, Menpar Arief Yahya berani berambisi untuk memposisikan Indonesia sebagai negara yang memiliki homestay terbanyak di dunia.

 

Berikan Komentar

Kopi Pahit

Artikel Lainnya
Sepak Bola, Cara Hebat Pemimpin Menghibur Rakyat

Boleh saja menghujat kita dijajah Belanda selama 350 tahun....

249


Copyright ©2024 lampungproco. All rights reserved