Geser ke atas
News Ekbis Sosok Halal Pelesir Olahraga Nasional Daerah Otomotif

Kanal

Sejarawan UIN Raden Intan Lampung Jadi Pembicara di Seminar Nasional BRIN dan Universitas Indonesia
Lampungpro.co, 25-Sep-2025

Febri 295

Share

Sejarawan UIN Raden Intan Lampung Saat Jadi Pembicara | Lampungpro.co/Dok UIN

JAKARTA (Lampungpro.co): Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menggelar A.B. Lapian Memorial Lecture, forum tahunan yang ditujukan untuk menghormati sekaligus melanjutkan warisan pemikiran Prof. Adrian Bernard Lapian, sebagai pelopor historiografi maritim Indonesia.

Tahun 2025 ini, forum dalam bentuk seminar tersebut mengusung tema "Laut sebagai Ruang Ingatan dan Perubahan: Warisan A.B. Lapian untuk Masa Depan Maritim yang Berkeadilan," yang berlangsung pada Selasa (23/9/2025) di Auditorium Widya Graha BRIN, Jakarta, serta disiarkan secara hybrid melalui Zoom.

Acara ini merupakan kolaborasi Pusat Riset Masyarakat dan Budaya (PRMB) BRIN, Pusat Riset Arkeologi Lingkungan, Maritim, dan Budaya Berkelanjutan (PRALMBB) BRIN, serta Yayasan Negeri Rempah, dan menjadi bagian dari rangkaian International Forum on Spice Route (IFSR) 2025.

Dua sejarawan maritim dihadirkan sebagai pembicara, yakni Dr. Abd. Rahman Hamid dosen sekaligus Ketua Prodi S1 Sejarah Peradaban Islam Fakultas Adab UIN Raden Intan Lampung dan Dr. Didik Pradjoko dari Departemen Sejarah FIB Universitas Indonesia.

Sebagai salah satu narasumber utama, Dr. Abd. Rahman Hamid membawakan materi berjudul Dari Rempah ke Kopra: Membaca Jejak Historis Jalur Maritim dalam Perspektif Keadilan Sosial.

Dalam paparannya, ia menekankan warisan pemikiran Lapian yang menyoroti pentingnya pelabuhan sebagai simpul sejarah maritim, yang menurutnya tidak mungkin ada dua pelabuhan yang sama di lokasi yang berdekatan.

Menurut Abd. Rahman Hamid, pergeseran komoditas dagang dari rempah, teripang (abad 18-19), hingga kopra (akhir abad ke-19 hingga abad ke-20). Pergeseran ini menurutnya, bukan hanya sekadar munculnya barang dagangan baru, melainkan juga menegaskan peran pelaut dan pedagang Indonesia yang kerap terabaikan dalam historiografi perdagangan, yang cenderung menempatkan bangsa Eropa sebagai aktor utama.

Abd. Rahman Hamid menyinggung peran Makassar sebagai entrepôt kopra di awal abad ke-20. Mengutip Lapian, ia mengatakan: "Sejauh-jauh kapal berlayar, sekali kelak ia masuk pelabuhan." Pelabuhan menjadi penghubung vital antara jalur maritim dan jalur darat.

1 2 3

Berikan Komentar

Kopi Pahit

Artikel Lainnya
Bro, Pelajaran Apa yang Kau Petik dari...

Para kepala daerah di Lampung punya kesempatan untuk membuktikan...

22084


Copyright ©2024 lampungproco. All rights reserved