JAKARTA (Lampungpro.co): Badan Antariksa Amerika (NASA) merilis gambar Gunung Anak Krakatau saat erupsi pada 12 April 2020 dari jarak dekat menggunakan satelit Terra. Fenomena erupsi Gunung Anak Krakatau berhasil diidentifikasi menggunakan metode Operational Land Imager (OLI) dan Multi-angle Imaging Spectroradiometer (MISR).
Berdasarkan bidikan kedua metode tersebut, terlihat gumpalan plume (fase asap) yang menjulang tinggi dan berwarna putih bersih. Menurut NASA, asap berwarna putih itu mayoritas berisi uap dan gas. Lalu muncul juga material berwarna merah yang ditandai dengan infrared signature yang diyakini merupakan batuan cair Anak Krakatau.
Ahli Vulkanologi Goddard Space Flight Center NASA, Verity Flower mengatakan satelit Terra pun berhasil mengidentifikasi gumpalan asap yang lebih gelap dan disinyalir mengandung partikel abu. "Asap gelap kemungkinan mengandung partikel abu yang lebih berat sehingga jaraknya lebih rendah dibanding asap putih lalu dibawa angina ke utara. Sebaliknya, asap yang mengandung uap dan gas bobotnya lebih rendah dan mengembun dengan cepat di atmosfer," kata Flower dikutip dari laman resmi NASA seperti dilansir Science Alert.
Sebetulnya, tak hanya Gunung Anak Krakatau yang mengalami erupsi, ada lima gunung berapi lain juga erupsi dalam waktu hampir bersamaan, yaitu Gunung Kerinci (Pulau Sumatra), Gunung Merapi dan Semeru (Pulau Jawa), Gunung Ibu dan Dukono (Maluku).
Ahli vulkanologi sekaligus Mantan Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Surono sempat mengatakan bahwa fenomena letusan enam gunung api di Indonesia itu hanya kebetulan. "Menurut saya tidak ada kaitannya, dan bisa diartikan hanya kebetulan saja," kata Surono, beberapa waktu lalu.
Selain itu ada juga fenomena dentuman yang dirasakan warga Jabodetabek usai enam gunung berapi meletus. Banyak kalangan menilai bahwa dentuman itu berasal dari erupsi Anak Krakatau, namun hal ini dibantah oleh Kepala Bidang Mitigasi PVMBG Wilayah Timur, Devy Kamil Syahbana. Ia menjelaskan ambruknya dapur magma itu biasanya terjadi untuk erupsi-erupsi dengan skala besar. Devy mengatakan erupsi yang terjadi di Anak Krakatau berskala kecil.
"Perlu diketahui suara dentuman adalah fenomena yang umum saat terjadi erupsi gunung api. Tidak semua erupsi menghasilkan dentuman, tergantung mekanisme dan faktor akustik. Dentuman sendiri tidak merefleksikan besar kecilnya erupsi," kata Devy.(**/PRO2)
Berikan Komentar
Saya yakin kekalahan Arinal bersama 10 bupati/walikota di Lampung...
1296
Universitas Lampung
Universitas Malahayati
Politeknik Negeri Lampung
IIB Darmajaya
Universitas Teknokrat Indonesia
Umitra Lampung
RSUDAM Provinsi Lampung
TDM Honda Lampung
Bank Lampung
DPRD Provinsi Lampung
DPRD Kota Bandar Lampung
DPRD Kota Metro
Pemrov Lampung
Pemkot Bandar Lampung
Pemkab Lampung Selatan
Pemkab Pesisir Barat
Pemkab Pesawaran
Pemkab Lampung Tengah
Pemkot Kota Metro
Pemkab Mesuji
Pemkab Tulangbawang Barat
Suaradotcom
Klikpositif
Siberindo
Goindonesia