JAKARTA (Lampungpro.com): Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Daryono mengatakan, kecepatan informasi bencana harus lebih diutamakan seperti dalam memberikan peringatan dini tsunami, dibandingkan akurasi. "Kecepatan dan akurasi adalah dua hal yang tidak selalu memungkinkan terpenuhi dalam waktu yang bersamaan," kata Daryono dalam keterangan tertulisnya, Minggu (4/8/2019).
BMKG melakukan pemuktahiran informasi gempa bumi tektonik berpotensi tsunami yang terjadi Jumat (2/8/2019) di wilayah Samudera Hindia Selatan Banten, yang sebelumnya diinfokan dengan kekuatan magnitudo 7,4 berkedalaman 10 km dimutakhirkan menjadi magnitudo 6,9 berkedalaman 48 km setelahnya.
Dari kasus Gempa Tohoku pada tahun 2011 yang lalu, Japan Meteorogical Agency (JMA) yang merupakan BMKG-nya Jepang, dalam waktu tiga menit langsung menyampaikan informasi kejadian gempa dengan Magnitudo 7,9 dan peringatan dini tsunami dengan ketinggian 6 meter," ujar Daryono.
Pada menit ke-3 tersebut masih sebagian kecil sinyal-sinyal gempa tertangkap oleh jaringan sensor gempa JMA, yang baru mampu memberikan perhitungan magnitudo mencapai 7,9 beserta potensi kejadian tsunami. Seketika itu juga di menit ke-3, masyarakat terdampak sudah dapat mulai siaga untuk menghadapi ancaman tsunami, dengan melakukan evakuasi mandiri.
Selanjutnya, pada menit ke-50 JMA memutakhirkan kembali magnitudo gempa menjadi 8,8, dan akhirnya magnitudo tersebut diperbaharui menjadi 9,0. Daryono menjelaskan akurasi baru dapat dicapai setelah menit ke-50 untuk gempa dengan magnitudo 9,0. Apabila peringatan dini diinformasikan setelah menit ke-50 karena menunggu akurasi, tsunami sudah melanda terlebih dahulu di pantai-pantai terdekat. Situasi dan kondisi geologi dan tektonik di Jepang hampir serupa dengan situasi dan kondisi di wilayah Indonesia, jelas Daryono.
Daryono pun menuturkan beberapa pantai di Indonesia juga berada pada posisi dengan sumber-sumber gempa bermagnitudo besar, yang akurasi perhitunganya baru bisa dicapai pada menit-menit yang akan selalu terlambat dengan kedatangan tsunami.
Sementara itu, Kepala BMKG Prof. Dwikorita Karnawati menambahkan bahwa prinsip yang mengutamakan kecepatan informasi inilah yang menjadi pegangan BMKG. Yaitu sesuai dengan amanah Undang-undang No.31 Tahun 2009 pasal 37, sebagaimana halnya yang diterapkan di negara termaju dalam mitigasi dan peringatan dini tsunami. Selain itu dengan mempertimbangkan kondisi geologi dan tektonik di berbagai pantai di Indonesia yang rawan tsunami cepat.
Kecepatan inilah, lanjut Dwikorita, yang membuat masyarakat memiliki waktu berharga (golden time) secara lebih dini untuk melakukan evakuasi mandiri. Untuk akurasi sebagaimana halnya dengan yang dilakukan di Jepang, dapat dicapai dengan proses updating (pemutakhiran) sesuai dengan perkembangan jumlah sinyal-sinyal kegempaan yang terekam oleh jaringan sensor gempabumi, ujar Dwikorita.(**/PRO2)
Berikan Komentar
Andai ada 10 saja media dan jurnalis yang menjadi...
718
Olahraga
12436
Tulang Bawang
9501
Bandar Lampung
5562
130
18-May-2025
127
18-May-2025
133
18-May-2025
Universitas Lampung
Universitas Malahayati
Politeknik Negeri Lampung
IIB Darmajaya
Universitas Teknokrat Indonesia
Umitra Lampung
RSUDAM Provinsi Lampung
TDM Honda Lampung
Bank Lampung
DPRD Provinsi Lampung
DPRD Kota Bandar Lampung
DPRD Kota Metro
Pemrov Lampung
Pemkot Bandar Lampung
Pemkab Lampung Selatan
Pemkab Pesisir Barat
Pemkab Pesawaran
Pemkab Lampung Tengah
Pemkot Kota Metro
Pemkab Mesuji
Pemkab Tulangbawang Barat
Suaradotcom
Klikpositif
Siberindo
Goindonesia