Geser ke atas
News Ekbis Sosok Halal Pelesir Olahraga Nasional Daerah Otomotif

Kanal

Bukan Kerusakan Mesin Penyebab Jatuhnya Lion Air, ini Penjelaskan KNKT
Lampungpro.co, 23-Nov-2018

Heflan Rekanza 941

Share

JAKARTA (Lampungpro.com) : Komite Nasional Keselamatan Transpotrasi (KNKT) menyimpulkan pesawat Lion Air PK-LQP dengan nomor penerbangan JT610 tidak mengalami kerusakan atau bermasalah sebelum jatuh di perairan Tanjung Pakis, Karawang, Jawa Barat, Senin (29/10/2018) lalu.

Kepala Sub Komite Investigasi Keselamatan Penerbangan KNKT, Nurcahyo Utomo mengatakan, dugaan itu berdasarkan analisa atas parameter mesin yang direkam Flight Data Recorder (FDR) milik Lion Air PK-LQP. "Kami bisa simpulkan bahwa mesin tidak menjadi kendala dalam penerbangan ini," ujar Nurcahyo dalam raker antara Komisi V DPR dengan Kemenhub, KNKT, Basarnas, Polri, dan BMKG di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (22/11/2018).

Nurcahyo menjelaskan, parameter mesin bagian kanan dan kiri milik Lion Air PK-LQP hampir seluruhnya menunjukkan angka yang konsisten. Hal itu terlihat dari grafik dalam FDR yang diunduh KNKT. Meski mesin tak bermasalah, Ia menyampaikan ada perbedaan penunjuk kecepatan antara pilot dan co-pilot sejak awal pesawat bergerak saat lepas landas di Bandara Soekarno-Hatta. 

Hal itu terlihat dari indikator angle of attack (AOA) sisi kiri dan kanan pesawat Lion Air PK-LQP yang berbeda sejak awal bergerak. "Indikator yang kanan lebih tinggi daripada yang kiri. Kemudian pesawat mulai bergerak, kecepatan mulai naik, kemudian kecepatan berpisah. Jadi antara kiri dan kanan tidak sama," jelasnya.

Pada saat menjelang terbang, menurutnya pesawat Lion Air PK-LQP juga mengalami stick shaker atau kemudi pada pilot bergetar. Hal ini merupakan indikasi bahwa pesawat akan mengalami kehilangan daya angkat. "Kemudian pesawat tetap terus terbang, kemudian sempat turun sedikit, kemudian naik lagi dan kira-kira berada di ketinggian 5.000 ribu kaki," ujar Nurcahyo.

Saat kondisi pesawat di atas ketinggian 5.000 kaki, Nurcahyo menyampaikan Automatic Trim Down atau Manuvering Characteristics Augmentation System (MCAS) secara otomatis menggerakkan hidung pesawat untuk turun. Ia berkata, MCAS merespons karena pesawat akan kehilangan daya angkat lantaran terjadi perbedaan pada AOA.

#

Namun, ia menuturkan pergerakan otomatis MCAS dilawan oleh pilot hingga 'akhir' penerbangan. Ia berkata pilot melakukan trim up saat pesawat trim down. "Tercatat di akhir penerbangan Automatic Trimnya bertambah namun trim dari pilotnya durasinya semakin pendek. Akhirnya jumlah trimnya mengecil, jumlah beban di kemudi makin berat dan pesawat turun," terang dia.(**/PRO4)

Berikan Komentar

Kopi Pahit

Artikel Lainnya
Setelah Dilantik 20 Februari Lalu, Apakah Keluhan...

Kawan, jangan lupakan jalan pulang: jalan rakyat yang dulu...

11598


Copyright ©2024 lampungproco. All rights reserved