BANDAR LAMPUNG (Lampungpro.co): Sepak bola Lampung pernah berdiri tegak sebagai kekuatan nasional. Prestasi puncak terjadi saat tim sepak bola Lampung merebut medali emas pada Pekan Olahraga Nasional (PON) XI 1981 di Jakarta, menumbangkan tim kuat Jawa Timur 1-0 melalui gol tunggal Sugeng Widodo di babak final.
Kemenangan ini menjadi tonggak emas yang hingga kini masih dikenang sebagai puncak kejayaan olahraga Lampung. Generasi emas PON 1981 dihuni oleh nama-nama besar seperti Sugeng Widodo, H. Yusran, Didi Riyadi, dan kiper M. Darmawan, yang kala itu menjadi idola masyarakat.
Mereka adalah produk pembinaan daerah dari klub-klub seperti PSBL Bandar Lampung, Persilu Lampung Utara, dan PS Tanggamus. Sistem kompetisi lokal yang hidup kala itu menjadi lahan subur bagi lahirnya talenta berkualitas.
Tak hanya di PON, sepak bola Lampung juga sempat bersinar di level klub nasional. Dalam kompetisi perserikatan, PSBL Bandar Lampung menjadi ikon kebanggaan masyarakat. Basis suporternya fanatik dan Stadion Pahoman kerap penuh sesak setiap kali PSBL bertanding.
Di sisi lain, era semi-profesional Galatama juga mencatat kehadiran Jaka Utama. Ini adalah klub Lampung yang kemudian berevolusi menjadi Lampung Putra dan bersaing dengan klub-klub besar Indonesia.
Sepak bola Indonesia pernah mengenal klub Jaka Utama Lampung, tepatnya pada 1979–1982. Klub yang satu ini merupakan salah satu tim peserta ajang Galatama atau Liga Sepak Bola Utama.
Klub ini sempat eksis di dunia sepak bola Indonesia, namun kiprah pertamanya memang tidak gemilang. Bahkan, klub ini tidak pernah meraih gelar juara. Kemudian, klub ini dipercaya mewakili Provinsi Lampung dalam ajang PON 1981.
Jaka Utama Lampung kemudian resmi bubar pada 1982. Masalah finansial membuat Jaka Utama Lampung harus dijual ke pengusaha Bogor dan berganti nama menjadi Yanita Utama.
Di tahun 1990-an hadir pula klub sepak bola dari Lampung bernama PSBL Bandar Lampung. Klub PSBL Bandar Lampung ini berkiprah tepatnya pada 1996–2002. Klub ini juga memiliki kisah sejarah yang cukup seru, tepatnya di tahun awal kompetisi Liga Indonesia bergulir.
Pada 1996 hingga 1997, klub yang satu ini bahkan sempat meroket di Divisi Utama. Selain itu, klub ini juga sukses mengakhiri kompetisi di urutan keenam klasemen. Sayangnya, prestasi terbaik dari PSBL Bandar Lampung ini harus berakhir dan terhenti pada 2002.
Klub ini mengalami degradasi hingga akhirnya tak bisa lagi berada di kasta tertinggi. Sejarah klub Lampung di kasta tertinggi sepak bola yang tertera di atas agaknya mengingatkan kita kembali terhadap berbagai klub yang pernah jaya di Indonesia, khususnya di Lampung.
Dari ekosistem ini pula lahir tokoh besar sepak bola nasional asal Lampung seperti Rahmad Darmawan, pelatih senior yang lahir di Punggur, Lampung Tengah, 28 November 1966. Sebagai pemain, ia dikenal tangguh di lini tengah dan sempat memperkuat Timnas Indonesia.
Sebagai pelatih, ia sukses mengantar berbagai klub ke tangga juara. Kemudian dipercaya menukangi tim nasional U-23 serta Timnas Senior.
Kini, harapan untuk menghidupkan kembali kejayaan itu menyala bersama kehadiran Bhayangkara Presisi Lampung FC. Bhayangkara Presisi Lampung FC akan berlaga di Liga 1 Indonesia pada musim 2025/2026.
Klub ini berhasil promosi setelah menjadi runner-up Liga 2 musim 2024/2025, meskipun kalah 1–2 dari PSIM Yogyakarta di partai final yang berlangsung hingga babak tambahan waktu. Sebagai bagian dari persiapan menghadapi kompetisi kasta tertinggi sepak bola Indonesia tersebut, Bhayangkara Presisi FC resmi berpindah markas ke Provinsi Lampung dan mengganti nama menjadi Bhayangkara Presisi Lampung FC. Mereka akan bermarkas di Stadion Sumpah Pemuda di Way Halim, Bandar Lampung, yang memiliki kapasitas 25.000 penonton.
Perpindahan ini diresmikan melalui penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) antara manajemen klub dan Pemerintah Provinsi Lampung pada April 2025. Dengan demikian, mulai musim 2025/2026, Bhayangkara Presisi Lampung FC akan berkompetisi di Liga 1 Indonesia dan menjadikan Stadion Sumpah Pemuda sebagai kandang mereka.
Dibina langsung oleh Kepolisian Daerah Lampung, Bhayangkara Presisi Lampung FC memiliki infrastruktur, jaringan nasional, dan kapasitas manajerial untuk tampil kompetitif. Namun tantangan terbesarnya adalah menjadikan klub ini sebagai wadah lahirnya bintang-bintang asal Lampung.
Potensi Lampung sangat besar. Provinsi ini memiliki ratusan SSB aktif, kompetisi pelajar, hingga SMA olahraga yang selama ini minim akses ke klub profesional. Jika Bhayangkara Presisi Lampung FC mampu menjalankan sistem rekrutmen dan pembinaan pemain muda lokal secara berkelanjutan, bukan tidak mungkin mereka bisa melahirkan “Rahmad Darmawan-Rahmad Darmawan baru” dari tanah Sang Bumi Ruwa Jurai.
Kolaborasi dengan Asprov PSSI Lampung, KONI, Dispora, dan stakeholder lokal menjadi kunci menciptakan ekosistem pembinaan yang solid. Klub ini harus menjadi milik masyarakat Lampung, dengan keterlibatan aktif suporter, media lokal, dan akademi binaan sebagai fondasi identitas daerah.
Dengan visi yang kuat, strategi yang tepat, dan dukungan kolektif, Bhayangkara Presisi Lampung FC bisa menjadi tonggak kebangkitan sepak bola Lampung. Mereka bukan hanya berkompetisi di Liga 1, tapi juga membawa mimpi lama yang pernah hidup—bahwa Lampung bisa kembali menjadi poros sepak bola nasional seperti era emas 1981, masa keemasan PSBL, Jaka Utama, dan Lampung Putra. (***)
Editor: Amiruddin Sormin
#Berikan Komentar
Bandar Lampung tak kekurangan dana, tapi mungkin kekurangan visi....
2096
159
20-Jun-2025
171
20-Jun-2025
354
20-Jun-2025
Universitas Lampung
Universitas Malahayati
Politeknik Negeri Lampung
IIB Darmajaya
Universitas Teknokrat Indonesia
Umitra Lampung
RSUDAM Provinsi Lampung
TDM Honda Lampung
Bank Lampung
DPRD Provinsi Lampung
DPRD Kota Bandar Lampung
DPRD Kota Metro
Pemrov Lampung
Pemkot Bandar Lampung
Pemkab Lampung Selatan
Pemkab Pesisir Barat
Pemkab Pesawaran
Pemkab Lampung Tengah
Pemkot Kota Metro
Pemkab Mesuji
Pemkab Tulangbawang Barat
Suaradotcom
Klikpositif
Siberindo
Goindonesia