GUNUNGKIDUL (Lampungpro.co): Harga singkong cabut (segar) di sejumlah sentra produksi luar Lampung anjlok tajam hingga Juli–awal Agustus 2025, jauh di bawah harga acuan nasional Rp1.350 per kilogram yang juga menjadi acuan harga di Lampung berdasarkan Surat Keputusan Gubernur dengan potongan 30 persen. Kondisi ini diperparah oleh fluktuasi harga tapioka di pasar internasional yang berdampak pada perdagangan dalam negeri.
Di Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, harga singkong basah di tingkat petani hanya sekitar Rp500 per kilogram saat panen raya awal Agustus 2025. Beberapa wilayah seperti Kapanewon Tanjungsari mencatat harga bervariasi antara Rp600 hingga Rp1.200 per kilogram, tergantung mutu dan lokasi panen. “Harga jatuh karena pasokan melimpah sementara permintaan pasar lesu,” tulis Harian Jogja, Kamis (7/8/2025).
Sementara di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, harga singkong segar per 28 Juli 2025 tercatat sekitar Rp2.000 per kilogram, turun dari kisaran Rp3.000–Rp4.000 per kilogram pada bulan sebelumnya. Penurunan ini terjadi seiring masuknya musim panen dan melimpahnya stok di tingkat petani.
Kementerian Pertanian menetapkan harga acuan singkong sebesar Rp1.350 per kilogram sejak 31 Januari 2025. Namun, harga tersebut belum tercapai di banyak sentra produksi. Banyak petani masih menjual di bawah harga acuan, khususnya saat panen raya ketika stok berlimpah dan serapan industri terbatas.
Di pasar internasional, harga tapioka asal Thailand (FOB Bangkok) pada awal 2025 berada di kisaran US$420 per ton atau sekitar Rp6.400 per kilogram. Hingga Juli 2025, harga naik tipis menjadi US$450–455 per ton atau Rp6.800–6.900 per kilogram. Data kuartal II 2025 menunjukkan harga di beberapa negara seperti Amerika Serikat US$909 per ton, China US$505 per ton, Jerman US$1.417 per ton, dan Spanyol US$908 per ton.
Pasar tapioka global pada 2025 diperkirakan bernilai US$5,47 miliar dengan pertumbuhan sekitar 3,2 persen per tahun hingga 2033, didorong permintaan industri makanan, minuman, tekstil, dan farmasi. Thailand, Brasil, India, Indonesia, dan Nigeria menjadi pemasok utama dunia.
Kondisi ini menunjukkan adanya kesenjangan harga antara tingkat petani lokal dan harga di pasar global. Tanpa strategi hilirisasi dan penguatan kemitraan industri, petani berpotensi terus menerima harga rendah. Di Lampung, potongan pabrik hingga 30 persen membuat harga bersih di tingkat petani semakin tertekan, meski ada harga acuan dari pemerintah.
Harga Singkong di Lampung
Di sisi lain, harga singkong (ubi kayu) di Lampung dalam sepekan terakhir mengalami kenaikan, menyusul Instruksi Gubernur Lampung Rahmat Mirzani Djausal yang menetapkan harga dasar Rp1.350 per kilogram dengan potongan rafaksi maksimal 30 persen, tanpa pengukuran kadar pati.
Sebelum instruksi berlaku pada 5 Mei 2025, petani menjual singkong dengan harga rata-rata Rp1.100 per kilogram, dengan potongan rafaksi mencapai 30–40 persen. Kondisi ini memicu protes petani yang menganggap harga terlalu rendah dibanding biaya produksi.
Instruksi Gubernur Lampung Nomor 2 Tahun 2025 langsung direspons industri tapioka. Sebanyak 27 pabrik sempat menutup operasional selama beberapa hari untuk menyesuaikan kebijakan baru. Namun, hingga 13 Mei 2025, tercatat 49 pabrik sudah mematuhi harga dasar Rp1.350 per kilogram sesuai ketentuan pemerintah provinsi.
Kebijakan ini diharapkan mengurangi polemik harga singkong di Lampung dan memberikan kepastian pasar bagi petani, di tengah fluktuasi harga tapioka di pasar internasional. (***)
Editor: Amiruddin Sormin Laporan: Tim Lampungpro.co
Berikan Komentar
Lampung Selatan
677
188
13-Aug-2025
211
13-Aug-2025
Universitas Lampung
Universitas Malahayati
Politeknik Negeri Lampung
IIB Darmajaya
Universitas Teknokrat Indonesia
Umitra Lampung
RSUDAM Provinsi Lampung
TDM Honda Lampung
Bank Lampung
DPRD Provinsi Lampung
DPRD Kota Bandar Lampung
DPRD Kota Metro
Pemrov Lampung
Pemkot Bandar Lampung
Pemkab Lampung Selatan
Pemkab Pesisir Barat
Pemkab Pesawaran
Pemkab Lampung Tengah
Pemkot Kota Metro
Pemkab Mesuji
Pemkab Tulangbawang Barat
Suaradotcom
Klikpositif
Siberindo
Goindonesia