BANDAR LAMPUNG (Lampungpro.co): Imbas kelangkaan minyak goreng dan naiknya harga kedelai, sejumlah pengrajin dan pedagang tahu tempe di Bandar Lampung, memilih untuk mengecilkan ukurannya. Hal ini dilakukan, untuk mengimbangi biaya produksi dan lainnya.
Meski ukuran ini dikeluhkan oleh para ibu rumah tangga, para pengrajin tetap memperkecil ukurannya. Para pengrajin dan pedagang tahu tempe, lebih memilih mengecilkan ukuran yang dijual, ketimbang menaikkan harga.
"Kalau harga yang dinaikkan, malah tempe yang dijual tidak laku di pasaran. Jadi kami pilih untuk memperkecil ukurannya, sebab hingga kini harga kedelai mencapai Rp12 ribuan perkilo," kata Suryadi, salah satu pengerajin tempe di Telukbetung, Bandar Lampung, Minggu (20/2/2022).
Selama 30 tahun menjalankan usaha turun-temurun dari keluarga, Suryadi mengaku ini merupakan kenaikan harga kedelai yang tertinggi. Suryadi mengakui, kenaikan harga terlalu tinggi ini, membuat produksi tempenya semakin kacau, terlebih ia tidak menggunakan kedelai lokal dengan alasan hasil yang kurang maksimal.
"Kenaikan harga kedelai, juga berpengaruh pada pendapatan perhari Adi. Sebelumnya penghasilan Rp300-400 ribu perhari, saat ini balik modal saja susah, apalagi kondisi pandemi," ujar Suryadi.
Suryadi juga terpaksa mengurangi jumlah produksi tempe perharinya, jika sebelumnya bisa produksi 1,3 kwintal, kini hanya memproduksi 40 Kg perhari. Meski sudah mengurangi jumlah produksi, Suryadi masih merugi, karena pembelinya berkurang, hingga 20 Kg tempenya harus dibuang karena busuk.
Sementara itu, pengrajin tahu di Gunung Sulah, Way Halim, Bandar Lampung bernama Sujadi mengungkapkan, dengan naiknya harga kedelai dan minyak goreng, turut berimbas pada produksi dan penjualannya. Biasanya, Sujadi mampu memproduksi 125 Kg tahu perharinya, kini hanya mampu produksi 100 Kg.
Pedagang tahu dan tempe di Pasar Pasir Gintung, Bandar Lampung, Gusman (32) juga mengeluhkan kenaikan harga kacang kedelai. Kenaikan ini berdampak pada proses produksi dan pendapatannya, sehingga ia terpaksa menaikkan harga di pasaran.
Mereka berharap, keadaan ini tidak akan berlarut-larut. Sebab hampir beberapa tahun ini, para pengerajin tempe dan tahu berjuang sendirian, agar usahanya tetap hidup di tengah sulitnya perekonomian, tanpa ada bantuan pemerintah. (***)
Editor : Febri Arianto
Berikan Komentar
Saya yakin kekalahan Arinal bersama 10 bupati/walikota di Lampung...
1256
Lampung Selatan
3929
Universitas Lampung
Universitas Malahayati
Politeknik Negeri Lampung
IIB Darmajaya
Universitas Teknokrat Indonesia
Umitra Lampung
RSUDAM Provinsi Lampung
TDM Honda Lampung
Bank Lampung
DPRD Provinsi Lampung
DPRD Kota Bandar Lampung
DPRD Kota Metro
Pemrov Lampung
Pemkot Bandar Lampung
Pemkab Lampung Selatan
Pemkab Pesisir Barat
Pemkab Pesawaran
Pemkab Lampung Tengah
Pemkot Kota Metro
Pemkab Mesuji
Pemkab Tulangbawang Barat
Suaradotcom
Klikpositif
Siberindo
Goindonesia