JAKARTA (Lampungpro.com): Pendekatan lunak yang dilakukan pemerintah Indonesia melalui Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dalam menangani persoalan terorisme merupakan sesuatu yang patut dibanggakan.
Dalam sejarah penanggulangan terorisme di dunia, pemerintah Indonesia telah membuktikan bahwa pendekatan lunak melalui aspek kemanusiaan dapat meredam aktifitas terorisme.
Salah satunya, pada tahun 2017 silam, BNPT mengumpulkan lebih dari 100 orang yang terdiri dari mantan narapidana terorsime (napiter) dan keluarga korban dalam satu forum acara silaturrahmi kebangsaan untuk saling memaafkan dan menghapus sejarah kelam masa lalu.
Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komjen Pol Suhardi Alius dalam paparannya di acara The 7th World Peace Forum (WPF) dengan tema the Middle Path for the World Civilization di Jakarta, Kamis (16/8/2018).
Suhardi menjelaskan, keberhasilan pemerintah dalam menangani terorisme selama ini karena mampu mengedepankan pendekatan lunak melalui sisi kemanusiaan. Hal itu tentu saja berbeda dengan negara-negara lain yang lebih banyak mengandalkan pendekatan keras melalui penegakan hukum dan militeristik.
Menurutnya, metode tersebut cukup efektif dalam menumbuhkan semangat kebersamaan antara kedua pihak dan mendorong untuk berpartisipasi dalam membangun masyarakat indonesia yang lebih aman dan damai tanpa ada perasaan bersalah dan minder dengan masyarakat biasa.
Mengedepankan pendekatan lunak, tambahnya, tentu merupakan proses cukup berat. Namun perpaduan dengan pendekatan budaya lokal mampu mendorong efektifitas pendekatan lunak. Bahkan aaling memaafkan juga menjadi budaya bangsa yang dapat dijadikan sarana dalam menguatkan hubungan pelaku teror dan korban.
Tidak hanya budaya lokal, BNPT juga melakukan berbagai langkah pencegahan dengan menggunakan pendekatan literasi dan sosialisasi ancaman terorisme. Salah satunya, pelibatan semua pihak termasuk anak-anak muda milineal dalam pencegahan paham radikalisme terorisme, terutama di dunia maya. Bahkan hingga kini tercatat 700 relawan duta damai seluruh Indonesia.
Sekadar diketahui, kegiatan tersebut diselenggarakan oleh Kantor Utusan Khusus Presiden RI untuk Dialog dan Kerjasama Antar Agama dan Peradaban (UKP-DKAAP) bekerja sama dengan Center for Dialog and Cooperation Among Civilization (CDCC) dan Chengho Multi Culture and Education Trust (CMCET) dari Malaysia.
Kegiatan yang digelar sejak 14 Agustus, menghadirkan sejumlah tokoh agama dari berbagai negara seperti Eropa, Arab, Afrika, dan Asia termasuk dari Jepang, Korea dan China.
Dengan tujuan membangun, memperkuat, dan mengutamakan jalan tengah dalam menciptakan peradaban dunia yang damai dan aman serta menghindari benturan peradaban yang diakibatkan oleh perbedaaan keyakinan dan keagamaan. Salah satu problem utama peradaban saat ini yang sangat erat dengan pandangan keagamaan adalah terorisme. (***/PRO3)
Berikan Komentar
Sebagai salah satu warga Bandar Lampung yang jadi korban...
4138
Universitas Lampung
Universitas Malahayati
Politeknik Negeri Lampung
IIB Darmajaya
Universitas Teknokrat Indonesia
Umitra Lampung
RSUDAM Provinsi Lampung
TDM Honda Lampung
Bank Lampung
DPRD Provinsi Lampung
DPRD Kota Bandar Lampung
DPRD Kota Metro
Pemrov Lampung
Pemkot Bandar Lampung
Pemkab Lampung Selatan
Pemkab Pesisir Barat
Pemkab Pesawaran
Pemkab Lampung Tengah
Pemkot Kota Metro
Pemkab Mesuji
Pemkab Tulangbawang Barat
Suaradotcom
Klikpositif
Siberindo
Goindonesia