Namun, lanjut dia, banyak pihak yang tidak mengenal produk sawit tetapi berbicara negatif tentang sawit. Akibatnya, opini negatif komoditas itu telah merasuk di pemikiran generasi muda Indonesia sejak dari rumah hingga pendidikan. Masyarakat global, kata Darmono, selalu mendiskreditkan produksi minyak kelapa sawit sebagai produk yang tidak ramah lingkungan. "Tudingan kalau sawit sebagai penyebab kebakaran hutan, sawit tidak sehat, sawit rakus air, dan lain sebagainya merupakan salah satu contohnya," kata dia.
Menutut dia, semua isu itu tidaklah benar. Sebaliknya, kebakaran yang terjadi di perkebunan kelapa sawit pada 2015 hanya sekitar 7 persen sampai dengan 14 persen dari total kejadian kebakaran lahan di Indonesia. Dari segi gizi, menurut dia, minyak sawit tidak ada yang menandingi. Minyak sawit, khususnya minyak sawit merah dara (virgin red palm oil), mengandung pro-Vitamin A 800 s.d. 1000 ppm dan Vitamin E 400 ppm yang merupakan anti oksidan kuat yang bermanfaat bagi kesehatan.
BACA JUGA: https://lampungpro.com/post/1527/alih-fungsi-lahan-padi-ke-sawit-riau-kekurangan-415-ribu-ton-beras
Darmono menegaskan bahwa kampanye negatif terhadap sawit Indonesia tak terlepas dari persaingan bisnis dengan minyak nabati lainnya yang mulai tersingkir dengan adanya produk CPO dan turunannya. Terlebih dengan volume dan harga yang lebih kompetitif.
Untuk itu, Maksi mengajak masyarakat supaya bangga menjadikan sawit sebagai produk unggul Indonesia. Pada rangkaian APEC First Senior Officials Meeting (SOM1), 22 sampai 23 Februari 2017, sawit ditetapkan sebagai development products. Yaitu, produk yang berkontribusi terhadap keberlanjutan dan pertumbuhan melalui pembangunan perdesaan dan pengentasan masyarakat dari kemiskinan.
Darmono menjelaskan FGD Strategi Pengembangan Ekspor dan Rantai Nilai Sustainable Palm Oil Indonesia dan Field Trip Perkebunan Sawit yang diselenggarakan di Pekanbaru Riau beberapa waktu lalu. Hal itu merupakan wadah yang penting bagi para perwakilan perdagangan di luar negeri untuk mengetahui dan mengenal sawit lebih dalam sehingga secara konfiden dapat meyakinkan para calon konsumen CPO dan PKO serta berbagai produk turunannya di luar negeri.
"Para atase perdagangan dan direktur ITPC merupakan garda depan untuk menyampaikan mana yang mitos dan mana yang fakta dalam menangkis isu-isu negatif yang sengaja dibangun oleh kompetitor minyak nabati dunia, yaitu minyak kedelai, rapeseed, dan jagung," kata dia.
Sementara, harga komoditas unggulan Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit di Kabupaten Mesuji, Lampung, mengalami kenaikan menjadi Rp1.900 per kg dan merupakan harga tertinggi sejak sepekan awal tahun 2017 ini. Menurut Yadi, seorang petani sawit di Desa Wirabangun, Kecamatan Simpangematang, Mesuji, dia sangat puas dengan harga TBS sawit yang cukup tinggi tersebut dan berharap kondisi ini tidak segera berubah. "Tapi, ya kita tidak tahu sampai kapan harga sawit bertahan tinggi itu," ujarnya pula.
Menurut Yayan, pengelola satu lapak sawit di Kecamatan Simpangpematang, saat ini harga sawit memang sedang bagus-bagusnya. "Ini pabrik juga kontak terus supaya kami suplai TBS, dengan harga dibandrol tinggi. Tapi, ya gimana, buah sekarang mulai turun juga produksinya," kata dia. (*/ANT/PRO2)
Berikan Komentar
Saya yakin kekalahan Arinal bersama 10 bupati/walikota di Lampung...
1626
Universitas Lampung
Universitas Malahayati
Politeknik Negeri Lampung
IIB Darmajaya
Universitas Teknokrat Indonesia
Umitra Lampung
RSUDAM Provinsi Lampung
TDM Honda Lampung
Bank Lampung
DPRD Provinsi Lampung
DPRD Kota Bandar Lampung
DPRD Kota Metro
Pemrov Lampung
Pemkot Bandar Lampung
Pemkab Lampung Selatan
Pemkab Pesisir Barat
Pemkab Pesawaran
Pemkab Lampung Tengah
Pemkot Kota Metro
Pemkab Mesuji
Pemkab Tulangbawang Barat
Suaradotcom
Klikpositif
Siberindo
Goindonesia