JAKARTA (Lampungpro.com): Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel) menyebut banyak berita bohong atau�hoax�banyak tersebar di media sosial (medsos). "Masalahnya�hoax�itu dialirkan oleh media-media, terutama media-media yang non-mainstream," kata Ketua Umum Mastel Kristiono, Senin (13/2/2017).
Berdasarkan survei mereka, 92,4 persen responden mengaku mendapatkan berita bohong dari media sosial. Penyedia media sosial dapat menyaring atau mengenali�hoax, bukan memblokirnya.�Misalnya, platform tersebut dapat memberlakukan�flagging�atau penanda bahwa sumber informasi tersebut tidak terpercaya sehingga masyarakat dapat lebih berhati-hati. Bila sudah mendapat informasi sumber informasi tersebut tidak terpercaya, masyarakat yang mengonsumsi pun dapat berusaha untuk tidak menyebarkannya.
"Yang penting bagaimana membangun sebuah sistem supaya masyarakat lebih kritis. Kalaupun�hoax�ada tidak terlalu berdampak," kata Kristiono.
Berita�hoax�tergolong musiman, bergantung pada stimulan berupa peristiwa yang sedang berlangsung. Saat survei dilakukan, bertepatan dengan momentum pemilihan kepala daerah sehingga�hoax�yang marak berkaitan dengan sosial politik (91,8 persen) dan SARA (88,6 persen).
Menurut dia, tidak mungkin seratus persen menghilangkan stimulan karena aspek apa pun dapat dijadikan bahan untuk membuat�hoax.
Lebih penting adalah mendewasakan�masyarakat dalam menyikapi dunia digital. "Kalau masyarakat imun terhadap�hoax, yang menebarkan lama-lama capai," kata dia. (*/ANT/PRO2)
Berikan Komentar
Sebagai salah satu warga Bandar Lampung yang jadi korban...
4140
Universitas Lampung
Universitas Malahayati
Politeknik Negeri Lampung
IIB Darmajaya
Universitas Teknokrat Indonesia
Umitra Lampung
RSUDAM Provinsi Lampung
TDM Honda Lampung
Bank Lampung
DPRD Provinsi Lampung
DPRD Kota Bandar Lampung
DPRD Kota Metro
Pemrov Lampung
Pemkot Bandar Lampung
Pemkab Lampung Selatan
Pemkab Pesisir Barat
Pemkab Pesawaran
Pemkab Lampung Tengah
Pemkot Kota Metro
Pemkab Mesuji
Pemkab Tulangbawang Barat
Suaradotcom
Klikpositif
Siberindo
Goindonesia