BANDAR LAMPUNG (Lampungpro.com) : Pelaku industri makanan dan minuman menyatakan sudah menaikkan harga jual produk mereka awal tahun ini. Kenaikan harga produk dilakukan demi mengimbangi melonjaknya biaya produksi. PT Garuda Food Putra-Putri Jaya (Tbk) (Garuda Food) misalnya, mengaku sudah menaikkan harga jual produknya rata-rata sebesar 3 persen.
Head of Corporate Communication Garuda Food Dian Astriani mengatakan, kenaikan hanya dilakukan pada produk biskuit dan snack atau makanan ringan saja. Sekadar informasi, produk biskuit Garuda Food yang dilepas ke pasaran mengusung merek Gery. "Memang ada beberapa item produk kami di biskuit dan snack yang mengalami kenaikan rata-rata 3 persen," ujar dia.
Ia menjelaskan, kenaikan harga ini disebabkan oleh biaya produksi yang naik setelah rupiah mengalami depresiasi 6,93 persen sepanjang tahun lalu. Memang, ia mengakui bahwa nilai tukar sudah mulai menguat belakangan ini. Tetapi, perusahaan berkeyakinan rupiah ke depan masih labil. Alhasil, kenaikan harga produk menjadi satu pilihan yang diambil untuk menyikapi kondisi tersebut. "Ya tentu tidak serta merta (harga faktor produksi) turun karena kondisi ini belum stabil," jelas dia.
Selain dilakukan oleh Garuda Food, kenaikan juga dilakukan oleh PT Tiga Pilar Sejahtera Tbk. Produsen mie instan hingga makanan ringan ini mengatakan, telah menaikkan harga jual sebesar 3 persen di awal tahun ini. Kenaikan harga produk juga dilakukan karena pelemahan nilai tukar rupiah yang terjadi beberapa waktu lalu. Namun, Sekretaris Perusahaan Tiga Pilar Michael Hadylaya mengatakan kenaikan harga hanya dilakukan untuk produk seperti mie kering dan bihun kering.
"Untuk produk-produk unggulan kami seperti Taro dan Mie Kremezz belum ada penyesuaian harga sampai saat ini. Harga mungkin akan diturunkan kembali kala kurs dolar sudah tidak fluktuatif. Sebab, ketika kurs dolar sudah stabil, tekanan di sisi faktor produksi otomatis akan berkurang. Tentunya harga-harga akan disesuaikan kembali pula, paling tidak dengan mekanisme cut price harga jual kami ke customer," jelas dia.
Sebelumnya, Wakil Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI) Rachmat Hidayat mengatakan, industri makanan dan minuman sudah menaikkan harga dengan kisaran 5 persen ke atas di awal tahun ini. Meski demikian, ia mengaku kenaikan harga ini masih dalam batas yang aman karena kenaikan harga dikalkulasi dari depresiasi rupiah sebesar 6,93 persen dan inflasi tahun lalu 3,13 persen. "Kalau di-cek di gerai ritel, sebenarnya sudah ada penyesuaian harga di bulan ini dengan kisaran 5 persen hingga di bawah 10 persen kira-kira. Ini adalah rerata untuk seluruh produk makanan dan minuman," ujar dia.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), industri makanan dan minuman pada kuartal III 2018 tercatat bertumbuh 8,10 persen secara tahunan atau melemah dibanding kuartal III 2017 sebesar 8,92 persen. Sementara itu, industri berharap penjualan industri makanan dan minuman bisa menyentuh 10 persen di tahun ini yang didorong momen pemilihan presiden, hari raya Idul Fitri, dan Natal.(**/PRO4)
Berikan Komentar
Kalau pupuk dan BBM distribusinya bisa tertutup, harusnya Elpiji...
267
Bandar Lampung
11629
Bandar Lampung
2440
Universitas Lampung
Universitas Malahayati
Politeknik Negeri Lampung
IIB Darmajaya
Universitas Teknokrat Indonesia
Umitra Lampung
RSUDAM Provinsi Lampung
TDM Honda Lampung
Bank Lampung
DPRD Provinsi Lampung
DPRD Kota Bandar Lampung
DPRD Kota Metro
Pemrov Lampung
Pemkot Bandar Lampung
Pemkab Lampung Selatan
Pemkab Pesisir Barat
Pemkab Pesawaran
Pemkab Lampung Tengah
Pemkot Kota Metro
Pemkab Mesuji
Pemkab Tulangbawang Barat
Suaradotcom
Klikpositif
Siberindo
Goindonesia