Pendampingan ini juga menekankan pentingnya proses pengemasan (packaging) yang tepat serta strategi pemasaran, termasuk pemasaran digital. Tujuannya, produk kopi bubuk dari biji pixel tidak hanya bernilai tambah tetapi juga mampu bersaing di pasar.
Hasil diskusi antara tim Polinela, Direktur BUMP PT. GLR, dan tokoh masyarakat kopi setempat mengungkap fakta bahwa banyak petani belum memahami metode pengolahan yang efektif dan efisien. Inilah yang membuat kualitas kopi bubuk dari biji sisa selama ini belum maksimal.
Selama pelatihan, peserta diajak praktik langsung mulai dari tahap roasting, cupping untuk menilai cita rasa, hingga pengemasan. Kresna menegaskan, salah satu kesalahan umum adalah mengabaikan peningkatan panas meski suhu terlihat konstan, yang berisiko membuat biji gosong.
Direktur BUMP PT. GAPOKTAN Lampung Robusta, Risdiantoni, mengapresiasi langkah Polinela. “Pendampingan ini membuka wawasan kami. Biji yang tadinya tidak terpakai kini bisa menjadi produk bernilai jual, bahkan punya potensi jadi unggulan daerah,” ujarnya.
Dengan pendampingan berkelanjutan, biji kopi pixel di Lampung Barat diharapkan tidak lagi dipandang sebelah mata, melainkan menjadi peluang bisnis baru yang memperkuat ekonomi petani. (***)
Berikan Komentar
Tanpa alternatif pengobatan yang beragam, pasien di Lampung akan...
5467
216
12-Aug-2025
437
12-Aug-2025
2694
12-Aug-2025
Universitas Lampung
Universitas Malahayati
Politeknik Negeri Lampung
IIB Darmajaya
Universitas Teknokrat Indonesia
Umitra Lampung
RSUDAM Provinsi Lampung
TDM Honda Lampung
Bank Lampung
DPRD Provinsi Lampung
DPRD Kota Bandar Lampung
DPRD Kota Metro
Pemrov Lampung
Pemkot Bandar Lampung
Pemkab Lampung Selatan
Pemkab Pesisir Barat
Pemkab Pesawaran
Pemkab Lampung Tengah
Pemkot Kota Metro
Pemkab Mesuji
Pemkab Tulangbawang Barat
Suaradotcom
Klikpositif
Siberindo
Goindonesia