BANDAR LAMPUNG (Lampungpro.co): Kuliner khas Tanah Air tak hanya beraneka ragam, tetapi juga kaya akan rasa. Sajian-sajian menggugah selera tersebut tercipta lewat perpaduan bahan serta bumbu yang kian menambah cita rasa.
Bicara soal santapan Nusantara, kurang lengkap rasanya jika tak menyertakan sentuhan pedas di dalamnya. Seperti kehadiran sambal yang kerap disandingkan dengan berbagai hidangan hingga memberi sensasi berbeda.
Sulit dipungkiri, selain sajian yang pedas, mayoritas orang Indonesia begitu jatuh cinta dengan sambal. Berbagai daerah di Tanah Air pun memiliki sambal khas bersama penyajian yang tak kalah menarik.
Lantas, apa yang membuat kebanyakan orang Indonesia begitu menyukai sambal? William Wongso, sang pakar kuliner memberikan pandangannya mengenai hal tersebut.
"Sambal dalam istilah Barat sebagai kondimen. (Menyantap sambal) sudah menjadi kebiasaan pada umumnya. Di Indonesia mindset kalau makan ada sambal," kata William.
William menambahkan, sensasi rasa pedas menjadi semacam sentuhan selera yang tidak bisa dihindarkan. Hal tersebut juga mengacu pada harapan untuk rasa pedas hadir pada santapan yang dimakan.
"Di Aceh tidak ada sambal, itu pola mereka. Seperti sambal udang yaitu udang yang dilumatkan dengan belimbing wuluh, itu bukan sambal tetapi lauk," lanjutnya.
Ia menyampaikan di berbagai wilayah di Indonesia memiliki banyak jenis sambal. Tetapi bagaimana pintar-pintarnya dengan tradisi untuk memadu madankan sambal mereka dengan makanan tertentu. "Di Manado ada sambal bakasang namanya yang dimakan bersama pisang," jelas pakar kuliner sekaligus chef berpengalaman.
Menurut William Wongso, selain sebagai kondimen, sambal juga jadi penggugah selera. Meski begitu, kecintaan masyarakat soal makanan pedas pun tidak kalah beragam.
"Bervariasi, banyak yang saya temui tidak suka pedas, ada juga yang suka tidak terlalu pedas, ada juga yang suka pedas ekstrem," ungkap pria kelahiran Malang ini.
Nusantara pun hadir dengan beragam pilihan sambal yang dibuat dengan bahan dan cara yang berbeda. Rasa dan sensasi yang diberikan pun tak kalah beraneka ragam.
"Seperti sambal Padang yang tidak pedas. Masakan Minang tidak pedas kecuali kapau. Sambal Lombok dari tomat termasuk pedas. Salah satu yang pedas itu sambal tempong asli Banyuwangi," lanjutnya.
Pembuatan sambal tempong sendiri jelas William memiliki kaidahnya. Ada perpaduan tomat, terasi, dan tomat asli Banyuwangi yang akrab disebut tomat ranti.
"Tomat ini cocok untuk sambal karena tidak berair sehingga hasil sambal lebih pekat. Itu ciri khas dari tomat ranti," kata William.
Sementara di Manado, tak hanya sambal bakasang, ada pula sambal roa. "Di sana makanan yang sudah pedas itu rica-rica," sambung pemilik Vineth Bakery ini.
"Sambal ada yang jenisnya sambal dimasak dan ulek. Sambal dimasak itu seperti yang di botol," kata William.
Sementara, di Jawa Tengah ketika ibu-ibu membuat sambal ada istilah "boksiya". "'Bok' itu dari kata lombok, 'si' itu terasi dan 'ya' uyah yang berarti garam. Mereka percaya ketika mau mengulek sambal ada prosedur, lombok diulek, diberi terasi, baru garam," tambahnya. (***/PRO3)
Berikan Komentar
Dukungan dan legacy yang besar, juga mengandung makna tanggung...
17755
Lampung Selatan
6353
Lampung Tengah
3646
Kominfo Lampung
3586
Lampung Selatan
3533
Lampung Selatan
3473
165
07-Apr-2025
156
07-Apr-2025
128
07-Apr-2025
Universitas Lampung
Universitas Malahayati
Politeknik Negeri Lampung
IIB Darmajaya
Universitas Teknokrat Indonesia
Umitra Lampung
RSUDAM Provinsi Lampung
TDM Honda Lampung
Bank Lampung
DPRD Provinsi Lampung
DPRD Kota Bandar Lampung
DPRD Kota Metro
Pemrov Lampung
Pemkot Bandar Lampung
Pemkab Lampung Selatan
Pemkab Pesisir Barat
Pemkab Pesawaran
Pemkab Lampung Tengah
Pemkot Kota Metro
Pemkab Mesuji
Pemkab Tulangbawang Barat
Suaradotcom
Klikpositif
Siberindo
Goindonesia