Geser ke atas
News Ekbis Sosok Halal Pelesir Olahraga Nasional Daerah Otomotif

Kanal

Solusi Tingkatkan Mutu Benih Kedelai, Dosen Polinela Gunakan Teknologi Bio-Invigorasi
Lampungpro.co, 06-Dec-2024

Sandy 115

Share

Dokumentasi Tim Dosen peneliti Polinela | Lampungpro.co/Ist

BANDAR LAMPUNG (Lampungpro.co) : Kedelai merupakan salah satu komoditas strategis di Indonesia. Sebagai sumber utama protein nabati dan bahan dasar berbagai makanan, seperti tempe, tahu, dan kecap, kedelai memegang peranan penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat.

Namun, keberlanjutan produktivitas kedelai menghadapi tantangan besar, salah satunya adalah kemunduran mutu benih selama penyimpanan. Benih kedelai yang disimpan dalam jangka waktu lama sering kali mengalami penurunan mutu, terutama daya berkecambahnya.

Hal ini berdampak langsung pada penurunan hasil panen, yang pada akhirnya memengaruhi ketersediaan kedelai di pasar. Menjawab tantangan ini, inovasi di bidang teknologi benih terus dikembangkan, salah satunya adalah teknologi bio-invigorasi.

Bio-invigorasi adalah metode perlakuan benih untuk meningkatkan metabolisme internalnya melalui proses imbibisi, yaitu penyerapan air oleh benih. Teknik ini dirancang untuk memperbaiki kualitas benih sehingga mampu berkecambah secara optimal dan tumbuh menjadi tanaman yang sehat.

Salah satu bahan yang digunakan dalam teknik ini adalah Plant Growth Promoting Rhizobium (PGPR), yaitu bakteri yang berfungsi sebagai pemacu pertumbuhan tanaman.

Tim peneliti dari Politeknik Negeri Lampung (Polinela), yang dipimpin oleh Ir. Nurman Abdul Hakim, M.P., bersama anggota tim Dr. Ratna Dewi, Ir. Gut Tianigut, M.P., Onny Pradana, M.Si., dan Devi Noviana, S.Tr.P., telah melakukan penelitian terbaru terkait efektivitas bio-invigorasi menggunakan PGPR. Penelitian ini berlangsung di Laboratorium Analisis Benih Polinela pada Mei hingga Juli 2024.

Penelitian dilakukan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan dua faktor utama: konsentrasi PGPR dan durasi perendaman benih. Konsentrasi PGPR yang diuji terdiri dari empat taraf (0%, 6%, 12%, dan 24%), sementara durasi perendaman dibagi menjadi dua kategori, yaitu 3 dan 6 jam.

Hasil menunjukkan bahwa perlakuan terbaik diperoleh pada konsentrasi PGPR 12% dengan durasi perendaman 6 jam. Perlakuan ini mampu meningkatkan daya berkecambah benih kedelai varietas Detap-1 yang sebelumnya hanya memiliki tingkat kecambah awal sebesar 68% menjadi 80%, atau mengalami peningkatan sebesar 11,33%.

Menurut Nurman Abdul Hakim, hasil ini membuktikan bahwa PGPR memiliki potensi besar untuk memperbaiki kualitas benih kedelai yang mengalami kemunduran. “PGPR tidak hanya mampu meningkatkan daya berkecambah, tetapi juga memperkuat vigor benih, sehingga tanaman yang dihasilkan lebih sehat dan produktif,” jelasnya.

Peningkatan mutu benih melalui bio-invigorasi dengan PGPR menawarkan solusi yang sangat relevan bagi para petani, khususnya di tengah tantangan penyimpanan benih yang sering kali mengurangi efisiensi produksi. Dengan teknik ini, petani dapat memanfaatkan benih yang sebelumnya dianggap kurang layak menjadi sumber daya yang berdaya guna tinggi.

Selain itu, penggunaan PGPR sebagai bahan bio-invigorasi merupakan teknologi ramah lingkungan, karena tidak memerlukan bahan kimia sintetis. Hal ini sejalan dengan upaya global untuk mendorong keberlanjutan di sektor pertanian.

Meski telah terbukti efektif dalam skala laboratorium, penerapan teknologi ini membutuhkan dukungan lebih lanjut dari berbagai pihak. Pemerintah dan pelaku agribisnis diharapkan dapat mendukung penyebaran teknologi ini melalui pelatihan, penyuluhan, dan subsidi bagi petani kecil.

“Dengan penerapan teknologi bio-invigorasi yang lebih luas, kita dapat meningkatkan produktivitas kedelai secara signifikan, sekaligus memperkuat ketahanan pangan nasional,” ujar Ratna Dewi, anggota tim peneliti.

Hasil penelitian ini membuka peluang besar bagi pengembangan sektor pertanian kedelai di Indonesia. Dengan teknologi bio-invigorasi, benih kedelai yang sebelumnya mengalami penurunan mutu dapat dioptimalkan kembali, mendukung produktivitas yang lebih tinggi.

Ke depan, diharapkan inovasi ini tidak hanya diterapkan pada kedelai tetapi juga pada komoditas lain yang menghadapi tantangan serupa. Dengan kolaborasi antara akademisi, pemerintah, dan pelaku industri, Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi salah satu produsen kedelai utama yang berdaya saing di pasar internasional.

Inovasi di bidang bio-invigorasi ini menjadi bukti nyata bagaimana penelitian terapan dapat memberikan solusi praktis untuk masalah nyata, mendorong keberlanjutan dan efisiensi dalam dunia pertanian. (***)

Berikan Komentar

Kopi Pahit

Artikel Lainnya
Pilgub Lampung, Peruntungan Arinal Djunaidi Berhenti di...

Saya yakin kekalahan Arinal bersama 10 bupati/walikota di Lampung...

1201


Copyright ©2024 lampungproco. All rights reserved