Sdangkan Yati (45), warga Tanjungkarang Barat, juga mengaku cemas saat hujan deras dan angin kencang datang. Menurut dia, angin yang berhembus begitu kencang tidak biasanya terjadi. "Sempat Khawatir sih, bahkan saya dah meminta anak-anak untuk berlari ke arah kolong tempat tidur jika angin puting beliung benar-benar terjadi," kata dia.

BACA JUGA:�https://lampungpro.com/post/1341/hujan-deras-guyur-lampung-sejumlah-wilayah-banjir-dan-terdendam

Sebelumnya, �Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprakirakan musim kemarau sebagian besar akan berawal Mei, Juni, dan Juli. "Sebagian besar wilayah atau sekitar 86,1 persen akan masuk musim kemarau pada Mei, Juni, dan Juli 2017," kata Deputi Bidang Klimatologi Mulyono Prabowo di Jakarta, Selasa (7/3/2017).

Sementara puncak musim kemarau, menurut prakiraan BMKG, terjadi Juli-September di 85,6 persen wilayah. Prabowo mengatakan 22,8 persen wilayah atau 64 Zona Musim berpotensi mengalami kemarau lebih awal. "Perlu diantisipasi karena tidak menutup kemungkinan daerah yang musim kemarau lebih awal akan lebih kering dan berpotensi terjadi kebakaran hutan dan lahan," kata Prabowo.

Menurut BMKG, pada Februari dan Maret 2017 ada beberapa wilayah yang sudah masuk musim kemarau, tapi pada April curah hujannya tinggi dan mengalami kemarau lagi pada pada Juni, Juli, dan Agustus.�Prabowo mencontohkan warga wilayah Jambi dan Papua bagian selatan perlu mewaspadai kemarau lebih awal.�Prabowo menuturkan potensi hujan sedang-lebat masih berpeluang terjadi pada tanggal 8-12 Maret 2017 di Lampung, Jawa Barat, NTB, NTT, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara,Sulawesi Selatan dan Papua. (*/PRO2)

�

�