Geser ke atas
News Ekbis Sosok Halal Pelesir Olahraga Nasional Daerah Otomotif

Kanal

Air Mata dan Darah Petambak Dipasena Lampung Jadi Mahar Masuknya Listrik PLN
Lampungpro.co, 20-May-2020

Amiruddin Sormin 13969

Share

Masyarakat Dipasena saat ikut bergotong royong memasang tiang listrik. LAMPUNGPRO.CO/P3UW LAMPUNG

RAWAJITU TIMUR (Lampungpro.co): Hiruk-pikuk pembangunan jaringan listrik PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) di wilayah pertambakan terbesar di Indonesia, Bumi Dipasena, Kecamatan Rawajitu Timur, Kabupaten Tulangbawang, Lampung, kini  jadi pemandangan keseharian. Saat ini sedang dibangun gardu induk PLN di pintu gerbang Dipasena sebesar 60 Megawatt.

Jaringan sutet mulai mengarah ke Rawajitu. Ribuan tiang beton, besi, dan ribuan kilometer kabel dipasang di seluruh areal pertambakan. Bahkan para vendor (rekanan) PLN jor-joran menawarkan instalasi sambung baru KWH, perang tarif, saling sikut, dan jualan kecap untuk menjaring keuntungan yang cenderung mencekik kantong rakyat dengan menjanjikan KWH lebih cepat terpasang.

Itu semua bukan simsalabim atau tiba-tiba hadir dan berdiri seperti kisah Seribu Satu Malam. Tidak! Semua itu penuh dengan liku dan luka yang dibayar dengan mahar pengorbanan air mata, harta, darah, hingga jiwa para petambak Dipasena.

Terlalu naif dan tak sebanding membandingkan masuknya PLN ke Dipasena sama dengan wilayah lain. Semuanya berawal konflik kemitraan inti-plasma yang berkepanjangan dan berujung dengan pemutusan hubungan kerja sama kedua belah pihak. Klimaksnya, perusahaan memutus seluruh jaringan aliran listrik ke areal pertambakan awal 2011 silam.

Awalnya, Dipasena adalah kota di tengah hutan penuh gemerlap lampu bercahaya di malam hari, suara kincir gemercik berputar menyentuh permukaan tambak tiada henti, dan puluhan ribu pelaku budidaya udang mulai dari petani tambak. Tiba-tiba, karyawan dan keluarganya yang selama ini menggantungkan hidup di Dipasena gelap gulita. Lampu listrik berganti lampu teplok berbahan kaleng dan botol bekas. 

Tak ada lagi listrik dan semua kegiatan budidaya dan kegiatan penunjang lainnya terhenti. Semua berubah menjadi sunyi senyap. Dipasena berubah jadi kota mati.

Direktur Utama PT PLN Dahlan Iskan langsung memerintahkan jajarannya untuk tarik kabel dari Simpang Penawar hingga pintu gerbang Dipasena, sepanjang 60 km. Dalam waktu sesingkat-singkatnya berhasil. Tapi semuanya harus terhenti sampai pintu gerbang Dipasena, perusahaan inti PT Aruna Wijaya Sakti (AWS) tak memberikan izin PLN masuk wilayah pertambakan. 

1 2 3 4

Berikan Komentar

Kopi Pahit

Artikel Lainnya
Pilgub Lampung, Peruntungan Arinal Djunaidi Berhenti di...

Saya yakin kekalahan Arinal bersama 10 bupati/walikota di Lampung...

1470


Copyright ©2024 lampungproco. All rights reserved