LONDON (Lampungpro.com): Lagu klasik Italia,�O Sole Mio, dengan iringan alat musik angklung yang dibawakan warga lokal Swiss bersama Diaspora Indonesia, serta perwakilan Kedutaan Besar Indonesia di Bern. Iringan musik itu bergema di hadapan ratusan pengunjung mancanegara. Dilansir Antara, gelaran budaya Indonesia yang terbuka untuk umum itu digelar �di ruang pertemuan Dreifaltigkeitskirche, Bern, Selasa (8/8/2017) malam.
Menurut keterangan pejabat Penerangan dan Sosial Budaya Kedutaan Besar Indonesia di Bern,�Sasanti Nordewati, konser angklung di bawah pimpinan Lia Fossati, warga Indonesia yang lama tinggal di Swiss. Pagelaran itu diadakan dalam rangka pekan budaya dunia yang diadakan pengurus gereja Dreifaltigkeit di Bern.
Fossati juga mengajak penonton memainkan angklung secara interaktif dan membagikan angklung kepada penonton dengan membawakan lagu�Morning Has Broken�dari pemusik legendaris dunia, Cat Stevens.�Para penonton antusias mengikuti arahan dia, yang sehari-hari berprofesi sebagai guru SD itu.
Selain�O Sole Mio, Fossati juga menampilkan lagu Swiss,�Hemmige, dan�Ayo Mama, �yang dibawakan pemain angklung yang baru berlatih hanya dua jam sebelumnya.�Di bawah arahan dia, alunan musik dari bambu itu mampu menarik perhatian penonton. Tidak hanya mengajak masyarakat dunia melestarikan angklung, permainan angklung yang dinamis menjadi pengobar semangat kebersamaan.�
"Angklung merupakan alat musik yang mampu mempersatukan masyarakat dari segala penjuru dunia dengan latar belakang yang berbeda," ujar Fossati yang juga pendiri Perkumpulan Amukarta, wadah promosi seni budaya Indonesia di Swiss.
Angklung dijadikan alat diplomasi budaya pada banyak fora internasional di Indonesia sejak masa Presiden Soekarno berkuasa. Konferensi Asia Afrika pada 1955 juga menjadi ajang angklung dimainkan para pemimpin Asia dan Afrika serta negara-negara pengamat. UNESCO juga menetapkan angklung asal Indonesia sebagai Warisan Budaya Dunia, pada November 2010.
Selain konser angklung, pada malam itu, sajian masakan Indonesia juga turut dipromosikan. Setz bersama pengurus lain memasak mie goreng khas Indonesia.�"Meskipun tidak seenak mie goreng di Indonesia, setidaknya kami berupaya," ujar dia.�
Sebagai penutup panitia menampilkan film Opera Jawa. Koleksi film milik perpustakaan di Bern, Kornhaus Bibiliothek.�Film yang sarat akan budaya Indonesia mampu menarik perhatian penonton, yang menonton hingga selesai pada pukul 11.00 malam waktu setempat.�(**/PRO2)
Berikan Komentar
Sebagai salah satu warga Bandar Lampung yang jadi korban...
4141
Universitas Lampung
Universitas Malahayati
Politeknik Negeri Lampung
IIB Darmajaya
Universitas Teknokrat Indonesia
Umitra Lampung
RSUDAM Provinsi Lampung
TDM Honda Lampung
Bank Lampung
DPRD Provinsi Lampung
DPRD Kota Bandar Lampung
DPRD Kota Metro
Pemrov Lampung
Pemkot Bandar Lampung
Pemkab Lampung Selatan
Pemkab Pesisir Barat
Pemkab Pesawaran
Pemkab Lampung Tengah
Pemkot Kota Metro
Pemkab Mesuji
Pemkab Tulangbawang Barat
Suaradotcom
Klikpositif
Siberindo
Goindonesia