Bertepatan dengan hari lahan basah sedunia Badan Restorasi Gambut (BRG) melakukan pemetaan 12 kawasan hidrologi gambut (KHG).

JAKARTA (Lampungpro.com): Bertepatan dengan hari lahan basah sedunia, Badan Restorasi Gambut (BRG) melakukan pemetaan 12 kawasan hidrologi gambut (KHG). Yaitu dengan menggunakan metode yang dikembangkan International Peat Mapping.

International Peat Mapping merupakan pemenang ajang kompetisi yang diselenggarakan Badan Informasi Geospasial (BIG), Indonesia Peat Prize. Dalam pengumuman pemenang pada Jumat (2/2), Kepala BRG Nazir Foead mengatakan akan menggunakan metode pemetaan yang dikembangkan International Peat Mapping.

"Kami ingin secepatnya menggunakan metode baru itu untuk pemetaan 12 KHG sepanjang 2018. Pemetaan menggunakan skala 1:50.000. Sebelunnya, BRG memetakan 12 KHG dengan skala 1:25.00," kata Nazir.

KHG merupakan ekosistem gambut di antara dua sungai, antara sungai dengan laut atau rawa-rawa. Metode yang dikembangkan International Peat Mapping mengkombinasikan teknologi satelit dan peta yang dihasilkan LiDAR. Relatif akurat, biaya terjangkau, dan tepat waktu.

International Peat Mapping juga melakukan pengukuran lapangan untuk mengukur ketebalan gambut secara akurat. Serta verifikasi hasil berbagai teknologi. Metode itu membantu BRG melakukan restorasi dengan cara sekat kanal, penimbunan kanal, sumur bor, dan lainnya

Deputi 1 BRG Budi Wardhana mengatakan, untuk pembangunan konstruksi secara detail pemetaan harus dilakukan dengan skala  1:2.500. "Untuk pemetaan seluruh KHG skala yang digunakan 1:50.000. Namun jika dilakukan konstruksi, maka digunakan skala lebih detail 1:2.500," kata Budi.

Namun tidak seluruh pemetaan KHG menggunakan skala 1:2.500 karena mahal. Hanya bagian tertentu saja, terutama yang akan menjalani konstruksi dipetakan menggunakan skala 1:2.500.