Badan Restorasi Gambut (BRG) optimistis mendukung upaya pemerintah menurunkan emisi karbon 29 persen dengan kemampuan sendiri

JAKARTA (Lampungpro.com): Badan Restorasi Gambut (BRG) optimistis mendukung upaya pemerintah menurunkan emisi karbon 29 persen dengan kemampuan sendiri. Kemudian 41 persen dengan dukungan internasional hingga 2030.

Menurut Kepala BRG Nazir Foead, situasi 2016 didukung musim kemarau normal. Situasi yang sama berlanjung hingga 2017. "Tiga penelilitan yang mengukur emisi karbon 2015 menunjukan angka 800 juta sampai 1,62 miliar ton karbondioksida. Sedangkan pada 2016 luas lahan yang terbakar dan jumlah titik api berkurang drastis. Begitu juga pada 2017," kata Nazir.

BRG juga melakukan restorasi dengan program pembasahan (rewetting). Yaitu dengan membangun sekat kanal, menimbun kanal, serta memasang sumor bor untuk mencegah bencana kebakaran hutan dan lahan (kahutla) seperti 2015.

"Peneliti Eropa juga melaporkan penurunan drastic luas areal terbakar dan penurunan jumlah titik api, maka emisi karbon berkurang hingga 90 persen pada 2016," Nazir menambahkan.

Pencapaian ini berkat dukungan semua pihak. BRG dibantu banyak pihak dalam menghitung berapa tepatnya pengurangan emisi karbon yang bisa dicapai dari pembasahan gambut. Mereka yaitu peneliti Center for International Forestry Research (CIFOR), Universitas Gajah Mada (UGM) dan United Nation Development Program (UNDP).

BRG berharap Indonesia mencapai target pengurangan emisi 29 persen hingga 2020, dan 41 persen pada 2030. "Saya optimistis target penurunan emisi karbon tercapai," Nazir mengakhiri.

Selain rewetting, BRG juga melakukan revegetasi (penanaman jenis tanaman asli gambut) dan revitalisasi atau pemberdayaan masyarakat di area restorasi gambut. Program itu popular dengan sebutan 3R.